ORINEWS.id – Uni Emirat Arab (UEA) sedang mengerahkan pelobian di Amerika Serikat (AS) untuk mencegah sanksi yang diusulkan akibat dukungannya terhadap perang saudara di Sudan.
Menurut sumber-sumber diplomatik, langkah itu muncul seiring dengan peningkatan tekanan dari anggota parlemen AS yang menyoroti peran UEA dalam mendukung Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Dikatakan bahwa UEA khawatir upaya anggota parlemen AS dapat mengarah pada pemberlakuan sanksi nyata, yang akan mencoreng reputasinya lebih lanjut.
“UEA dengan cepat mengalokasikan sumber daya keuangan besar dan meluncurkan strategi Politik, termasuk kampanye disinformasi, untuk melawan tekanan ini,” ujar sumber yang dikutip dari Watan News pada Senin, 27 Januari 2025.
Senator Chris Van Hollen menegaskan bahwa UEA telah memasok senjata kepada RSF, yang terlibat dalam kejahatan perang terhadap warga sipil.
“UEA adalah mitra penting di Timur Tengah, tetapi Amerika Serikat tidak dapat menutup mata terhadap perannya dalam membantu dan bersekongkol dengan penderitaan di Sudan,” kata Van Hollen dalam sebuah pernyataan.
Sementara Perwakilan Sara Jacobs dari Partai Demokrat mendesak pemerintah mengakhiri pasokan AS ke UEA untuk menangani konflik Sudan.
“Amerika Serikat memiliki kesempatan untuk mengakhiri perang ini dan menstabilkan Sudan dengan menahan pasokan senjata dari UEA,” tegasnya.
Laporan PBB pada Januari 2024 menyebutkan bahwa UEA memasok senjata ke RSF melalui landasan udara di Chad. Laporan ini diperkuat oleh pengamatan bahwa puluhan penerbangan dari UEA digunakan untuk mentransfer peralatan militer melintasi perbatasan.
UEA dikenal sebagai pembeli utama senjata AS, termasuk dalam kesepakatan besar senilai 1,2 miliar dolar AS untuk rudal dan sistem peluncur roket. Namun, tekanan dari Kongres terus meningkat untuk membatasi penjualan ini.
Seorang pejabat Barat mengakui bahwa banyak pihak di pemerintahan AS melihat Abu Dhabi sebagai “pemicu” perang di Sudan. Namun, perhatian pemerintah AS sering kali teralihkan, sehingga kurang memberikan tekanan serius terhadap UEA.
Dengan meningkatnya sorotan internasional, hubungan diplomatik antara UEA dan AS menghadapi ujian berat, terutama terkait isu hak asasi manusia dan stabilitas regional.[]