Orinews.id|Beirut – Kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, menyatakan siap berperang dengan Israel. Hizbullah mengaku akan bergabung dengan Hamas memerangi Israel meski Iran melarang.
Israel saat ini berperang melawan kelompok Hamas di Gaza, Palestina. Perang tersebut meletus usai Hamas melakukan serangan mendadak dan menewaskan ratusan orang di wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Militer Israel kemudian membalas dengan serangan ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Ribuan orang pun tewas akibat serangan itu.
Kelompok Hizbullah kemudian menyampaikan pujiannya kepada Hamas yang menyerang Israel. Selain itu, Hizbullah juga ikut menyerang Israel dengan menembakkan roket dari Lebanon pada Senin (9/10). Militer Israel juga membalas serangan itu.
Terbaru, Hizbullah menyatakan siap perang bersama Hamas melawan Israel. Hizbullah, yang merupakan kelompok pro-Iran, juga menyatakan siap berperang meski Iran menyerukan agar Hizbullah tak ikut perang.
Dilansir AFP, Sabtu (14/10/2023), pernyataan siap perang itu disampaikan oleh Wakil Ketua Hizbullah Naim Qassem saat perang antara Hamas dan Israel memasuki hari ketujuh.
“Kami, sebagai Hizbullah, berkontribusi terhadap konfrontasi dan akan (terus) berkontribusi sesuai visi dan rencana kami,” ucap Qassem saat menghadiri aksi pro-Palestina di pinggiran selatan Beirut pada Jumat (13/10) waktu setempat.
“Kami sepenuhnya siap, dan ketika tiba waktunya untuk mengambil tindakan, kami akan mengambil tindakan,” ujarnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pernyataan Qassem, yang bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Iran ke Beirut, menolak seruan agar Hizbullah tidak terlibat dalam perang Hamas dan Israel yang sedang berlangsung.
“Upaya oleh negara-negara besar, negara-negara Arab, dan utusan dari PBB, secara langsung dan secara tidak langsung, meminta kami untuk tidak ikut campur dalam pertempuran, tidak akan mempengaruhi kami. Hizbullah tahu tugasnya,” tegasnya.
Korban Jiwa di Lebanon
Israel juga telah terlibat baku tembak dengan Hizbullah dan faksi Palestina di Lebanon dalam beberapa hari terakhir. Salah satu gempuran Israel ke wilayah Lebanon menewaskan seorang wartawan Reuters dan melukai enam wartawan lainnya dari AFP, Reuters dan Al Jazeera, yang terjebak serangan lintas perbatasan di Lebanon bagian selatan.
Militer Israel mengatakan pasukannya ‘membalas dengan tembakan artileri ke arah wilayah Lebanon’ setelah sebuah ledakan merusak pembatas perbatasan.
Pada Senin (9/10) waktu setempat, Hizbullah menyebut serangan udara Israel menewaskan tiga anggotanya. Sementara, faksi Palestina mengklaim upaya penyusupannya gagal.
Kemudian pada Selasa (10/10), Israel mengatakan pihaknya menyerang pos pemantauan Hizbullah, sedangkan sayap bersenjata Hamas mengklaim menembakkan roket. Pada Rabu (11/10) waktu setempat, Hizbullah menyatakan mereka menargetkan posisi Israel di dekat desa Dhayra, Lebanon. Tembakan balasan oleh Israel melukai tiga orang.
Sikap Iran
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian bicara soal sikap negaranya terkait perang antara Israel dengan Hamas. Amir-Abdollahian mengatakan pejabat sejumlah negara telah menghubunginya terkait kemungkinan munculnya front kedua di perbatasan Israel dengan Lebanon.
Hal itu ditanyakan ke Iran karena keberadaan Hizbullah di Lebanon. Hizbullah merupakan kelompok militan bersenjata yang didukung Iran.
“Pejabat beberapa negara menghubungi kami dan menanyakan kemungkinan dibukanya front baru (melawan Israel) di kawasan,” ucap Amir-Abdollahian saat bertemu Perdana Menteri (PM) Irak Mohammed Shia al-Sudani.
“Kami memberi tahu mereka bahwa jawaban jelas kami mengenai kemungkinan di masa mendatang adalah segala sesuatunya bergantung pada tindakan rezim Zionis di Gaza,” sebut Amir-Abdollahian dalam pernyataan seperti dirilis Kementerian Luar Negeri Iran.
Dia mengatakan kejahatan yang dilakukan Israel terus berlanjut. Meski demikian, katanya, belum ada seorang pun yang meminta izin kepada Iran untuk membuka front baru melawan Israel.
“Bahkan sekarang, kejahatan Israel terus berlanjut dan tidak ada seorang pun di kawasan ini yang meminta izin kepada kami untuk membuka front baru,” imbuhnya.
Pada Kamis (12/10) waktu setempat, Amir-Abdollahian juga tiba di Beirut, Lebanon. Dia diterima oleh Hizbullah dan Hamas di antara kelompok pro-Iran lainnya. Dia juga dijadwalkan bertemu para pejabat Lebanon pada Jumat (13/10) waktu setempat, sebelum berangkat ke Damaskus.
Amir-Abdollahian mengatakan sekutu-sekutu regional Iran, yang dikenal sebagai ‘poros perlawanan’, dapat merespons jika serangan Israel di Jalur Gaza meningkat.
“Kelanjutan kejahatan perang terhadap warga Palestina dan Gaza akan menerima respons dari negara-negara lainnya,” ucapnya kepada wartawan di Beirut.
Sebagai informasi, lebih dari 1.300 orang, yang sebagian besar warga sipil, dilaporkan tewas akibat serangan Hamas di Israel. Sementara gempuran Israel, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, telah menewaskan sedikitnya 1.900 orang di Jalur Gaza dengan sebagian besar korban merupakan warga sipil termasuk lebih dari 600 anak.
|Sumber: Detik