ORINEWS.id – Prahum Ahli Muda dan Rumah Tangga di Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Neni Herlina menyebut pemecatan sepihak oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro tidak hanya dialami pegawai saja seperti dirinya.
Neni menyebut pejabat eselon I juga menjadi korban pemecatan Satryo. Dia, kata Neni, adalah Abdul Haris yang sempat menjabat sebagai Dirjen Kemendiktisaintek.
Selain itu, dia juga mengatakan Abdul Haris mendapat perlakuan tidak pantas dari Satryo.
“Terus ya nggak cuma saya (yang dipecat). Juga sebelumnya Pak Haris Dirjen kami sebelumnya juga diperlakukan sama seperti itu,” katanya pada Senin (20/1/2025), dikutip dari YouTube Tribunnews.
Neni juga mengatakan ada pejabat lainnya bernama Lukman yang turut dipecat oleh Satryo.
Bahkan, sambungnya, ada tenaga honorer bernama Dali yang merupakan sekretaris Satryo turut dipecat.
“Pertama (yang dipecat) kan Pak Dirjen. Kemudian Pak Lukman, terus Dali. Yang terancam itu kan lalu saya. Jadinya yang terancam kan empat,” jelasnya.
Terkait Abdul Haris, dirinya kini menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Desa, Desa Tertinggal, dan Desa Tertentu Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat RI
Sementara jabatannya sebagai Dirjen Kemendiktisaintek diembannya pada 15 Maret-19 Desember 2024 menggantikan Nizam yang memasuki masa pensiun.
Di sisi lain, sebelum menjadi Dirjen Kemendiktisaintek, Abdul Haris merupakan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2020.
Menteri Satyo juga Disebut Gampar Pegawai Vendor
Pada kesempatan yang sama, Neni juga menyebut Satryo menganiaya pegawai vendor yang bekerja sama dengan Kemendiktisaintek.
Neni mengatakan vendor yang bekerja sama dengan Kemendiktisaintek ditunjuk olehnya untuk menggantikan posisinya.
Penunjukkan tersebut, kata Neni, lantaran dirinya sudah dipecat oleh Satryo secara sepihak.
“Itu (kekerasan) kejadian juga. Jadi itu, sebenarnya vendor kami, kasian juga sih seharusnya.”
“Karena saya sudah tidak boleh sama pimpinan (Satryo) hadir, jadi vendor saja yang maju. Sampai gitu lah (penggamparan -red),” katanya.
Neni mengatakan pegawai vendor yang diduga digampar oleh Satryo tersebut mengalami ketakutan.
Dia bercerita telah mengingatkan pegawai vendor tersebut untuk melakukan perekaman jika mengalami penganiayaan oleh Satryo.
Namun, imbuh Neni, rekaman yang diklaim penganiayaan oleh Satryo itu telah tersebar dan membuat keluarga pegawai vendor tersebut mengalami ketakutan karena takut diancam atau diintimidasi.
“Vendornya saat ini ketakutan. Saya bilang ‘kalau ada apa-apa direkam aja’ dan direkam. Ada rekamannya dan udah nyebar kali.”
“Saya kasihan kepada keluarganya karena takut kan mungkin kalau diapa-apain,” cerita Neni.
Senada dengan Neni, ketua koordinator aksi, Suwitno, turut mengamini adanya dugaan penganiayaan terhadap pegawai vendor.
Pernyataan Suwitno itu merespons terkait adanya spanduk yang terpasang di depan Kemendiktisiantek dan menyebut Satryo sebagai menteri pemarah dan suka menampar.
“Memang itu dilakukan terhadap tenaga outsourcing yang menjadi vendor di dalam penyediaaan fasilitas baik rumah dinas dan kantor,” katanya.
Dia turut menegaskan, sosok yang melakukan penganiayaan tersebut adalah Satryo.
“Itu (yang melakukan penganiayaan) orang yang sama (Satryo),” jelasnya.
Menteri Satryo Bantah Pecat Sepihak dan Tampar Pegawai
Satryo pun telah buka suara terkait aksi demo pegawai Kemendiktisaintek yang digelar hari ini.
Menurutnya, aksi tersebut dipicu masalah mutasi yang ada di Kemendiktisaintek.
Mengingat Satryo memiliki kebijakan untuk melakukan mutasi dan rotasi besar-besaran pada pegawainya.
Satryo mengungkap, mutasi ini dilakukannya karena ingin membenahi Kemendiktisaintek sesuai dengan anjuran Presiden Prabowo Subianto untuk menghemat anggaran pemerintah.
Ia menilai, kebijakan mutasi besar-besaran yang diambilnya ini membuat beberapa pihak tidak berkenan.
Sehingga berujung pada aksi demo yang dilakukan pegawai Kemendiktisaintek hari ini.
“Kita ingin membenahi. Pak Presiden mengatakan harus hemat dengan anggaran pemerintah. Ada mutasi cukup besar dan karena memang ada pihak-pihak yang tidak berkenan dimutasi,” kata Satryo.
Lebih lanjut, dia juga membantah adanya tuduhan bahwa dirinya menampar pegawainya.
Dia mengatakan aksi penamparan pada pegawai Kemendiktisaintek ini tak ada sama sekali.
“Penamparan? Tidak ada sama sekali,” tegas Satryo