ORINEWS.ID, Jakarta – Rencana pembuatan film “Kutemukan Kembali Cintaku di Afsel” mulai dibahas oleh tim yang melibatkan Indonesia dan Afrika Selatan.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Cape Town Tudiono, Kamis (5/7/2024), mengatakan kerja sama pembuatan film komersial Indonesia-Afsel ini menjadi salah satu bagian peringatan dan perayaan 30 hubungan diplomatik kedua negara tahun ini.
Film itu bercerita tentang kisah percintaan dua muda-mudi bernama Faiez dan Maya yang merupakan mahasiswa Universitas Syiah Kuala Aceh. Kisah romantis ini dibumbui dengan idealisme keduanya untuk turut mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN. Ini dilakukan melalui aksi demo bersih-bersih kantor pengadilan dari halaman sampai ke toiletnya.
Setelah hati keduanya dipenuhi bunga- mimpi indah, tsunami menerjang dan meluluhlantakkan Aceh. Korban demikian masif. Meninggalkan kesedihan yang tak tergambarkan. Orang tua, anak, sanak saudara dan sahabat banyak yang pergi, berpulang kepada Sang Pemilik Kehidupan.
Faiez, yang selamat, perjalanan hidupnya mengantarnya menjadi seorang diplomat melalui talent scooting dan ditempatkan di KJRI Cape Town, Afrika Selatan. Bagaimana dengan kekasihnya Maya? Ini yang akan diceritakan dalam film yang hampir 80% didasarkan pada kisah nyata.
Dalam pembahasan awal film ini, tim dari Indonesia terdiri Produser Wendra Lingga Tan dan Asisten dari Production House Summerland, dan Ivan Sadik selaku pendukung. Sementara dari Afsel adalah Makkie Slemong yang merupakan CEO Cape Town Film Studio pada 2014-2024 dan Rafique produser dan film director.
Pembahasan dilakukan bersama Konjen RI Cape Town didampingi Konsul Ekonomi Setyo Hargyanto dan Wulan Sutomo Yasmin anggota DPR RI yang turut memfasilitasi terjalinnya kerja sama perfilman Indonesia- Afsel.
Pembahasan itu dilakukan di sela-sela pertemuan koordinasi para calon peserta Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia masing-masing tanggal 9 dan 10-11 November 2024.
Makkie Slemong sangat antusias dengan rencana pembuatan film komersial berlatar Indonesia-Afsel. Proyek ini dikatakan “groundbreaking” karena sebelumnya mereka belum pernah membuat film kerja sama antar 2 negara. Mereka sangat positif dengan kerjasama ini.
Makkie Slemong berpendapat pada dasarnya kualitas film perlu didukung budget yang baik, terutama terkait penggunaan visual effects pada adegan Tsunami. Oleh karena itu mobilisasi dana pembiayaan perlu dilakukan antara lain bisa berasal dari pemerintah, swasta investor dan sponsor.
Mengenai lokasi di Cape Town, dapat dibantu oleh Tim di Cape Town yg lebih mengetahui lokasi. Sementara untuk lokasi di Indonesia dikembalikan ke tim Indonesia.
Tim Cape Town memiliki resource talent yang beragam, tergantung pada keperluan, dan detail akan dibicarakan kemudian.
Production House Summerland mulai mencanangkan time line yang akan dilakukan sesegera mungkin dengan memperhatikan kesiapan teknis dan feasibility pembiayaan. Summerland akan mengirimkan rincian Timeline kepada Tim Cape Town untuk mendapat pandangan.
KJRI Cape Town akan menfasilitasi pertemuan virtual dalam waktu dekat antara Summerland dan calon Sutradara, bersama dengan Tim Cape Town.
Proses pembuatan film, tim bersama Indonesia-Cape Town, dinamika dan tantangan pembuatan film yang melibatkan dua negara diharapkan dapat dibahas dalam Talk Show saat Festival Film. []