Orinews.id|Banda Aceh – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh bersama Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh menyelenggarakan kegiatan “Aceh Investment Planning Forum (IPF) 2023”.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Maret 2023 dengan mengusung tema “Sinkronisasi Rencana Investasi dalam Mewujudkan Hilirisasi Industri Aceh Berbasis Komoditas Unggulan Daerah”.
Forum ini dihadiri oleh Direktur Hilirisasi Minerba Kementerian Investasi/BKPM, PT. PEMA, SKPA, FORKOPINDA, dan perwakilan 23 kabupaten/kota se-Aceh.
Dalam sambutannya, Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh, Rony Widijarto P, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Aceh pada 2023 diperkirakan pada rentang 3,06-3,86% (yoy), lebih rendah dari tahun 2022 yang sebesar 4,21% (yoy).
“Pertumbuhan secara sektoral diperkirakan akan ditopang oleh LU Pertanian, LU Pertambangan, dan LU Konstruksi. Sementara itu, inflasi diperkirakan terjaga di rentang 3,37-3,87% (yoy),” sebutnya.
Lebih lanjut, Rony menyampaikan Indonesia adalah market leader produksi CPO dunia, namun Indonesia tidak boleh berhenti sampai CPO karena hilirisasi dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar.
“Sumatera memiliki keunggulan daya saing untuk dapat menjadi pusat hilirisasi Kelapa Sawit Indonesia. Ketersediaan pasokan, pasar, pembiayaan dan kebijakan pendukung adalah syarat keberhasilan kelapa sawit,” ujar Rony.
Kegiatan Aceh Investment Planning Forum (IPF) 2023 menghadirkan narasumber dari akademisi Universitas Diponegoro yaitu Herman Deni Arfinto pada sesi Coaching Clinic.
Dalam paparan materinya, Herman menjelaskan langkah strategis dalam berinvestasi adalah dapat memanfaatkan potensi laut untuk menjadi peluang industri (blue economy).
Ia menilai, potensi kekayaan laut Aceh sangat melimpah dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan seperti pantai-pantai yang indah dan pulau-pulau yang menawan, seperti Pulau Weh dan Sabang, yang menjadi destinasi wisata yang populer.
“Peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan antara lain usaha di bidang penginapan, restoran, tour dan travel, dan bisnis lainnya yang berkaitan dengan industri pariwisata,” sebut Herman.
Lebih lanjut, Herman juga menyampaikan usulan pariwisata Aceh sangat melimpah namun sayangnya masih agak lama mengundang investor, sehingga diperlukan kebijakan lebih lanjut untuk menarik perhatian investor untuk berinvestasi di Aceh.
Kemudian, sesi coaching clinic dilanjutkan dengan evaluasi dan monitoring usulan Feasibility Study (Usulan Investasi Pembangunan Hotel) pada setiap Kabupaten/Kota.
Diharapkan dengan adanya evaluasi dan monitoring usulan Feasibility Study ini pihak dari Kabupaten/Kota dapat segera merevisi usulannya demi mengudang investor untuk berinvestasi di Aceh. []