Iran dan AS Lanjutkan Perundingan Nuklir, Italia Jadi Tuan Rumah

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

ORINEWS.id – Putaran kedua perundingan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat mengenai program nuklir Teheran akan dimulai di ibu kota Italia, Roma, Sabtu (19/4) waktu setempat.

Pembicaraan tersebut akan dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dan utusan khusus presiden AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

Putaran baru ini berlangsung satu pekan setelah ibu kota Oman, Muskat, menjadi tuan rumah pembicaraan perdana pada Sabtu (12/4) lalu. Oman akan terus bertindak sebagai mediator dalam putaran kedua ini, sementara Italia berperan sebagai negara tuan rumah.

Adapun Sputnik yang mengutip Harian Israel Hayom pada Selasa (15/4) melaporkan, bahwa tiga sumber internasional yang mengetahui pembicaraan tersebut, mengatakan Witkoff dan Araghchi sempat mengadakan dialog langsung bersama Menteri Luar Negeri Oman, Sayyid Badr bin Hamad bin Hamood Albusaidi, dalam tahap awal pembicaraan di Muscat.

Pertemuan tersebut awalnya tampak seperti pertemuan yang tidak sengaja, tetapi ternyata telah diatur sebelumnya dan berlangsung selama lebih dari 40 menit.

Laporan itu juga menyebut bahwa Araghchi sempat mengundang utusan AS untuk berkunjung ke Teheran. Witkoff disebut tidak menolak undangan tersebut.

Sementara itu, Iran tidak memberikan perlakuan khusus terhadap perundingan dengan Amerika Serikat (AS) dan berencana menjalin hubungan dengan semua negara — termasuk AS, tetapi tidak dengan Israel — demikian disampaikan Wakil Presiden Pertama Iran, Mohammad Reza Aref.

Dalam pernyataannya yang dikutip kantor berita Iran, Tasnim, pada Selasa (15/4), Aref menyatakan bahwa Teheran terbuka untuk negosiasi dan dialog, namun dengan syarat yang sesuai dan setara, serta siap menjalin hubungan dengan seluruh negara yang berminat menjalin kerja sama dengan Iran.

Meski demikian, Iran tidak akan memberikan perlakuan istimewa terhadap perundingan dengan Amerika Serikat.

Menurut Aref, strategi utama Iran saat ini tetap berfokus pada urusan dalam negeri, tetapi Teheran akan tetap terbuka berinteraksi dengan “semua negara di dunia,” termasuk AS, dengan pengecualian terhadap Israel. [source:inilah]