Menteri Geng Solo

*Oleh: Taufik Lamade
Jokowi masih menjadi magnet bagi sebagian pejabat sekarang. Menteri di eranya yang sekarang masih menjabat Menteri bergantian sowan ke rumah JOKOWI di Solo.
Judulnya, silaturahmi Lebaran. Tapi, banyak yang melihat itu sebagai bentuk loyalitas. Tak salah bila disebut sebagai ”Menteri Geng Solo”.
Politikus PKS Mardani Ali Sera pun sudah memberikan sinyal: jangan sampai ada ”matahari kembar”. Ada Prabowo di Jakarta, ada Jokowi di Solo.
Kalau kita menonton video sowan menteri ke Solo, wajar bila ada yang khawatir munculnya matahari kembar. Sebab, tanpa sungkan, para menteri itu menjelaskan bahwa Jokowi masih bos mereka.
”Masih bos saya,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono begitu keluar dari rumah Jokowi. Budi Gunadi Sadikin, menteri kesehatan, juga mengganggap Jokowi masih tetap bosnya.
Ada juga Menko Pangan Zulkifli Hasan yang mengaku bahwa Jokowi-lah yang membimbingnya. Terlihat ada Menteri ESDM yang juga Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia. Sebelumnya juga mantan Menko Maritim dan Investasi yang kini Ketua Dewan Ekonomi Luhut Binsar Pandjaitan.
Di kabinet Prabowo ini, termasuk banyak menteri era Jokowi yang diakomodasi. Selain nama yang disebut di atas, ada Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Koperasi Budi Arie, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Dan, jangan lupa mensesneg di era Jokowi yang kini menjabat Menko Bidang Manusia dan Kebudayaan Prof Pratikno. Serta, Kapolri Listyo Sigit Prabowo yang tetap dipertahankan.
Mereka semua di era Jokowi dikenal sangat loyal. Posisi tak tergantikan, jauh dari reshuffle.
Hanya Moeldoko loyalis kelas berat Jokowi yang tidak ditampung Prabowo. Kalau kita selusuri jejak ke belakang, kubu Prabowo dan kubu Jokowi pernah berebut HKTI.
Moeldoko, kepala staf presiden era Jokowi, juga punya jejak merebut Partai Demokrat. Sementara itu, SBY sekarang bagian dari koalisi pendukung Prabowo. Jadi, bisa dipahami bila Moeldoko sekarang tidak bergabung di kabinet.
Moeldoko boleh terlewatkan. Secara overall, pengaruh Jokowi di kabinet Prabowo sangat terasa. Juga, kalau kita bandingkan jabatan yang diperoleh PSI dan Partai Gelora. Kedua partai itu mendukung Prabowo-Gibran sejak awal. Sama-sama berkeringat.
Keduanya juga seimbang dalam perolehan suara pemilu, sama-sama mendapat suara di bawah 4 persen di tingkat nasional.
Namun, dividen Politik yang mereka terima berbeda. PSI yang mengumumkan diri sebagai partai milik Jokowi mendapat 1 menteri dan 2 wamen. Yakni, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Wakil Menteri Kebudayaan Giring ”Nidji”, serta Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia Isyana Bagoes Oka.
Di sisi lain, Gelora hanya kebagian dua wakil menteri. Yaitu, Wakil Menteri Luar Negeri Anies Matta serta Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Fahri Hamzah.
Menteri Geng Solo itu tak hanya saat Lebaran sowan ke Jokowi. Misalnya, Menkop Budi Arie yang meluncur ke Solo beberapa saat setelah dilantik Prabowo.
Meski begitu, di empat posisi strategis, Prabowo menempatkan orang-orang kepercayaannya. Yakni, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Kepala BIN Muhammad Herindra, Kepala Staf Presiden A.M. Putranto, dan Sekretaris Kabinet Letkol Teddy.
Empat jabatan itu adalah mata dan telinga presiden. Juga, tangan kanan presiden. Mereka pun selalu berada di sekitar presiden. Di lingkaran istana.
Kalau banyak yang mempersoalkan ”Matahari Kembar”, bukankah Prabowo sendiri juga Geng Solo? Artinya, Prabowo juga mengaku sebagai penerus Jokowi. Saat di acara Gerindra pun, Prabowo lantang nan menggelegar berteriak ”Hidup Jokowi”.
Lantas, mengapa ada publik yang risau? Mungkin begini jawabannya. Ya, apa artinya menolak mati-matian tiga periode kalau yang mengendalikan kekuasaan tetap dari Solo. (*)