ORINEWS.id – Pengembangan pariwisata halal menjadi salah satu strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Aceh. Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh menyoroti potensi besar sektor ini dalam Aceh Economic Forum 2025 yang digelar di Auditorium BI Aceh, Banda Aceh, Selasa (18/3/2025).
Forum ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai sektor, termasuk Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Fasilitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Dwi Marhen Yono, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Taufik Rohman, Wakil Dekan I FEBI UIN Ar-Raniry Fithriady, serta Akademisi FEBI UIN Ar-Raniry Dr. Hendra Syahputra.
Kepala BI Provinsi Aceh, Agus Chusaini, menekankan bahwa pariwisata dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi daerah. Menurutnya, meskipun pertumbuhan ekonomi Aceh pada 2024 sudah menunjukkan tren positif, masih diperlukan upaya untuk mendorong angka tersebut agar setara dengan rata-rata nasional.
“Kita perlu sumber pertumbuhan baru. Kita melihat potensi pariwisata ini bisa dikembangkan. Kalau ini besar, dia akan berkontribusi pada PDRB kita, termasuk juga untuk meningkatkan kesejahteraan, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan,” ujar Agus.
Agus juga menegaskan BI Aceh telah melakukan kajian terkait potensi wisata di Aceh dan berharap hasilnya dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah serta pelaku industri pariwisata untuk segera diimplementasikan.
“Kalau hanya diteliti tanpa dijalankan, itu seperti mimpi di siang bolong. Harapannya nanti ini bisa dijalankan bersama-sama oleh pemerintah dan pelaku industri,” tambahnya.
Dukungan dari Pemerintah
Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Fasilitas Kemenparekraf, Dwi Marhen Yono, menyatakan bahwa Aceh memiliki potensi wisata yang sangat beragam, mulai dari budaya, kuliner, alam pegunungan, hingga keindahan bawah laut di Sabang.
Meski demikian, ia mengakui dari segi layanan, Aceh masih tertinggal dibandingkan dengan destinasi wisata unggulan lainnya seperti Bali.
“Aceh memang sudah komplit. Kita mau lihat budaya ada, kuliner lengkap, apalagi dengan Kopi Gayo-nya yang mendunia. Kalau mau lihat gunung banyak, underwater di Sabang juga luar biasa. Tetapi di bidang layanan kita masih kalah sama Bali,” kata Yono.
Menurutnya, peningkatan kualitas pelayanan menjadi faktor penting dalam mengembangkan pariwisata Aceh. Ia menekankan bahwa industri ini merupakan “bisnis kebahagiaan” yang membutuhkan pendekatan menyeluruh, termasuk dalam hal kenyamanan wisatawan.
“Harus komprehensif. Wisatawan harus merasa nyaman saat makan, ke toilet, shalat di tempat yang bersih dan harum, serta mendapatkan layanan yang ramah. Selain itu, keterbukaan dalam harga juga perlu diterapkan agar wisatawan merasa aman dan nyaman,” ujarnya.
Dengan berbagai potensi yang dimiliki, pengembangan pariwisata halal di Aceh diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah, sekaligus menjadikan Aceh sebagai destinasi unggulan di Indonesia.[]