ORINEWS.id – Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh (BPOM Aceh) terus berkomitmen dalam menjaga keamanan pangan masyarakat, terutama selama bulan suci Ramadhan.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, BPOM Aceh berpartisipasi dalam dialog Banda Aceh pagi ini yang diselenggarakan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Banda Aceh, Kamis (06/03/2025). Dialog yang berlangsung secara daring ini mengangkat tema Mengintensifkan Pengawasan Takjil Berbuka Ramadan 1446 Hijriah.
Dialog ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan keamanan pangan, khususnya dalam pengawasan takjil yang banyak dikonsumsi saat berbuka puasa. Keberagaman takjil yang dijual di pasaran sering kali menimbulkan kekhawatiran terkait kualitas dan keamanannya, sehingga pengawasan menjadi aspek penting dalam melindungi masyarakat dari risiko pangan berbahaya.
Acara ini dipandu oleh Rifqi, host dari RRI Banda Aceh, dan menghadirkan dua narasumber, yaitu Plh. Kepala BPOM Aceh, Darwin Syah Putra, serta Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh, Syukriah. Keduanya membahas langkah-langkah pengawasan yang telah dan akan terus dilakukan guna memastikan takjil yang beredar aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Dalam paparannya, Syukriah menjelaskan bahwa pengawasan takjil merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun oleh Dinkes Kota Banda Aceh bekerja sama dengan lintas sektor terkait, termasuk BPOM Aceh.
“Kami melakukan pemeriksaan terhadap makanan yang dijual, terutama untuk memastikan tidak ada penggunaan bahan berbahaya seperti boraks atau formalin. Jika ditemukan indikasi adanya kandungan berbahaya, kami segera memberikan edukasi kepada pedagang agar lebih memahami pentingnya keamanan pangan,” ujar Syukriah.
Lebih lanjut, bagi pedagang yang makanan atau produknya dicurigai mengandung bahan berbahaya, sampel akan diuji di laboratorium keliling yang disediakan oleh BPOM Aceh. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa pangan yang diperjualbelikan benar-benar aman dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Sementara itu, Darwin menegaskan bahwa selama bulan Ramadan, BPOM Aceh mengintensifkan pengawasan di berbagai sarana, mulai dari produksi, distribusi, hingga pengecer produk pangan.
“Dari hasil pengawasan sejauh ini, kami menemukan satu dari sembilan sarana yang masih menjual produk kedaluwarsa serta beberapa produk tanpa izin edar,” ungkap Darwin.
Terhadap temuan tersebut, BPOM Aceh langsung mengambil tindakan dengan mengamankan dan memusnahkan produk yang tidak memenuhi standar, disaksikan langsung oleh pemilik usaha. Selain itu, pengawasan terhadap takjil lebih difokuskan pada aspek keamanan pangan, sanitasi, dan higienitas.
“Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah penggunaan penjepit makanan, tidak menggunakan stapler pada kemasan, pemakaian masker dan sarung tangan bagi pedagang, serta penggunaan wadah yang food grade dan tertutup,” tambah Darwin.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pedagang dan masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih makanan yang dikonsumsi selama bulan puasa. Dengan adanya sinergi antara BPOM Aceh, Dinkes Kota Banda Aceh, dan pihak terkait lainnya, diharapkan keamanan pangan di Aceh semakin terjamin, sehingga masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih aman dan nyaman.[]