ORINEWS.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa ketahanan energi adalah kunci utama bagi ketahanan pangan dan hilirisasi, yang menjadi prioritas kebijakan Pemerintah saat ini. Tanpa pasokan energi yang stabil, upaya mewujudkan ketahanan di sektor lain sulit tercapai. Hal ini disampaikan Wakil Menteri ESDM Yuliot pada acara Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemasok Energi, Batubara, dan Mineral Indonesia (Aspebindo) di Jakarta, Kamis (27/2).
“Ketahanan energi merupakan bagian dari ketahanan nasional yang tertuang dalam Asta Cita. Ketahanan energi dapat memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional. Tanpa ketahanan energi, ketahanan di sektor lain tidak dapat terwujud. Pangan, misalnya, masih memerlukan energi, begitu juga dengan hilirisasi yang menjadi prioritas Pemerintah untuk pembangunan berkelanjutan,” ujar Yuliot.
Menurutnya, ketahanan energi dapat dicapai dengan menyeimbangkan pasokan dan kebutuhan energi nasional. Pada 2024, kebutuhan minyak dalam negeri mencapai 532 juta barel per tahun, sementara produksi nasional hanya 212 juta barel. Untuk menutupi kekurangan ini, Pemerintah perlu mengimpor 313 juta barel per tahun, terdiri atas 112 juta barel minyak mentah dan 201 juta barel bahan bakar minyak (BBM).
“Defisit ini menyebabkan kehilangan devisa negara sebesar Rp523 triliun. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengurangi impor dan meningkatkan produksi dalam negeri, antara lain dengan mengoptimalkan produksi melalui pemanfaatan teknologi, reaktivasi sumur idle, serta eksplorasi potensi migas di Indonesia Timur yang hingga kini belum tereksplorasi secara optimal,” jelas Yuliot.
Ia menambahkan bahwa produksi minyak nasional dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan kembali sumur idle yang masih menyimpan potensi hidrokarbon. Saat ini, terdapat 16.990 sumur idle, dan 4.457 di antaranya berpotensi direaktivasi untuk mendukung peningkatan produksi minyak Indonesia.
“Pada 2024, sebanyak 1.021 sumur idle telah direaktivasi, dengan potensi peningkatan produksi sebesar 8.035 barel per hari. Sementara itu, pada 2025, diperkirakan sebanyak 1.006 sumur dapat direaktivasi dengan potensi produksi 5.816 barel per hari,” papar Yuliot.
Selain itu, Pemerintah mendorong peningkatan produksi migas melalui pengembangan undeveloped discovery, yang berpotensi menghasilkan 2,86 miliar barel minyak dan 19 triliun kaki kubik gas bumi. Upaya lain yang dilakukan adalah pengembangan 74 lapangan migas yang telah mencapai tahap plan of development (POD), namun masih terkendala sehingga belum berproduksi. Jika dapat dioptimalkan, lapangan-lapangan ini berpotensi menghasilkan 403 juta barel minyak dan 9,6 triliun kaki kubik gas bumi.