Prabowo Tanggung Beban Utang Jokowi, Pemerintahan Jadi Korban Efisiensi Anggaran

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Advertisements
ad58

ORINEWS.id -Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto  menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan anggaran negara akibat warisan utang dari era Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Dengan besarnya beban fiskal, Prabowo kini terpaksa melakukan efisiensi anggaran di berbagai kementerian dan lembaga (K/L).

Advertisements

Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah menilai kebijakan efisiensi yang dilakukan Prabowo bukanlah pilihan, melainkan keharusan. 

Advertisements

Ia menjelaskan bahwa pada periode pertama, Jokowi sempat menerapkan efisiensi, tetapi pada periode kedua justru melakukan ekspansi besar-besaran dengan utang yang semakin membengkak.

Advertisements

“Jokowi menghamburkan dana ke daerah, jor-joran untuk proyek IKN, dan membuka penerimaan ASN hingga 2,3 juta orang, itu tujuannya Politik,” kata Trubus kepada RMOL pada Rabu 12 Februari 2025.

Advertisements

Ia menambahkan bahwa sebagian ASN yang direkrut pada masa Jokowi justru tidak berkontribusi signifikan dan hanya membebani anggaran negara.

Advertisements

“Bikin IKN banyak ASN yang jadi Spanyol (separuh nyolong),” jelasnya.

Advertisements

Akibatnya, beban utang yang harus dibayar setiap tahunnya mencapai ratusan triliun. Tahun ini saja, utang pemerintah yang jatuh tempo mencapai Rp 800,33 triliun.

Advertisements

Terlebih lagi, banyak program prioritas Prabowo yang memakan anggaran besar, sehingga pemerintahan Prabowo terpaksa melakukan efisiensi. 

Advertisements

“Itu menyebabkan Prabowo harus melakukan efisiensi,” ujarnya.

Advertisements

Sebagai solusi, Trubus menyarankan agar K/L yang terdampak efisiensi mulai mencari pendanaan alternatif, termasuk menjalin kerja sama dengan sektor swasta.

 Selain itu, pemerintah juga perlu mengevaluasi kembali keberadaan lembaga-lembaga yang dinilai tidak memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

“Badan administrasi kepegawaian negara, BRIN, itu dibubarkan saja itu tidak berkaitan langsung dengan publik dan itu membebani anggaran, jadi harus dirampingkan,” pungkasnya. 

Exit mobile version