Keracunan Massal: Ratusan Warga Jadi Korban Mulai dari Cianjur, Ponorogo hingga Sleman

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Advertisements
ad58

ORINEWS.id – Kasus keracunan massal terjadi di tiga wilayah berbeda di awal tahun 2025 ini. Keracunan massal terjadi di Cianjur, Jawa Barat pada Senin 10 Februari 2025.

Di Ponorogo, Jawa Timur, menyebabkan 1 warga meninggal dunia.

Advertisements

Dan di dua tempat di Sleman, Yogyakarta, tepatnya di Padukuhan Krasakan, Kapanewon Tempel, dan Padukuhan Sanggrahan, Mlati pada Sabtu 8 Februari 2025.

Advertisements

Jika ditotal keracunan massal ini telah menyebabkan ratusan orang jadi korban dan harus dirawat di rumah sakit.

Advertisements

A. Keracunan Massal di Cianjur

Pada Senin 10 Februari 2025 lalu, pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sayang Cianjur, Jawa Barat, membenarkan ada enam warga yang mengalami keracunan.

Advertisements

Menurut dia, enam warga itu mengalami sejumlah gejala seperti muntah, demam, dan mual.

Advertisements

“Enam warga Kecamatan Cibeber tersebut merupakan dari dua keluarga, terdiri dari A (80), MBA (25), MP (13), RNP (10), ZA (7), dan SS (23),”  kata Humas RSUD Sayang Cianjur, Asep Holman dikutip dari Tribun Jabar.

Advertisements

Berdasarkan informasi yang dihimpun satu keluarga tersebut mengalami gejala keracunan mual, muntah, dan demam.

Advertisements

“Dua keluarga itu mengalami keracunan setelah mengonsumsi jamur rampak kidang atau jamur tangkil yang diambil dari kebun pribadi,” katanya.

Advertisements

Jamur yang diambil tersebut lanjut dia, dimasak dengan cara ditumis, dan ditambahkan beberapa bumbu – bumbu, lalu dimakan sebagai lauk nasi.

Advertisements

“Seharusnya, jamur itu tidak boleh dimakan saat panas, tunggu dingin baru dimakan. Ayah saya pun ikut makan. Rata-rata makannya setengah mangkok,” katanya.

Advertisements

B. Keracunan massal di Ponorogo

46 orang keracunan massal di Ponorogo, 1 diantaranya meninggal dunia.

Kasus ini berawal pada saat warga sedang mengikuti acara selamatan.

Aparat Polres Ponorogo menangani kasus ini.

Per Sabtu 8 Februari 2025 kemarin, kasus sudah naik ke tingkat penyidikan.

Polisi mengambil sampel makanan dari dua lokasi yaitu Desa Bondrang dan Pondok Pesantren di Desa Belang.

Sampel makanan itu dibawa ke laboratorium.

Warga tidak langsung mual dan diare di hari setelah menyantap.

Akan tetapi, baru dirasakan keesokan harinya.

Keracunan terjadi di dua tempat yakni Desa Bondrang, Kecamatan Sawoo dan Desa Belang, Kecamatan Bungkal.

“Dari hasil laboratorium, yang terbitkan Labkesda Ponorogo, membuahkan hasil. Mengandung bakteri,” ujar  Kasat Reskrim Polres Ponorogo, AKP Rudy Hidajanto, Sabtu (8/2/2025) dikutip dari TribunJatim.com.

Ia menambahkan, kandungan bakteri tersebut ditemukan di makanan dan di air kran rumah pemilik katering.

“Dilihat dari hasil laboratorium bakteri ada pada makanan, di air juga ada kandungan bakteri,” papar mantan Kasatreskrim Polres Magetan ini.

Pihak laboratorium, lanjut Rudy, nantinya bakal menjelaskan lebih rinci kandungan bakteri apa yang ditemukan di makanan tersebut.

C. Kasus Keracunan Makanan di Sleman

Kasus keracunan terjadi di dua tempat di Sleman yaitu Padukuhan Krasakan, Kapanewon Tempel, dan Padukuhan Sanggrahan, Mlati.

Diduga penyebab keracunan adalah siomai.

Penyedia siomai pada Sabtu (8/2/2025) membuat tiga pesanan di lokasi berbeda.

Namun hingga saat ini kasus keracunan dilaporkan di dua lokasi.

Setelah memakan siomai, ratusan orang di Padukuhan Krasakan, Tempel mengeluh demam hingga diare.

Para korban diduga keracunan makanan yang disantap saat hajatan.

Siomai itu dikonsumsi warga pada Sabtu (8/2/2025) malam.

Sementara gejala keracunan mulai terasa pada Minggu (9/2/2025) dinihari.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Dinas Kesehatan Sleman, Khamidah Yuliati mengungkapkan tercatat jumlah korban dari dua tempat di Sleman mencapai ratusan orang.

Dengan rincian di Padukuhan Krasakan, Kapanewon Tempel jumlah korban 162 orang, diopname 47 orang, dan rawat jalan  115 orang.

Di Padukuhan Sanggrahan, Mlati jumlah korban 39 orang dan diopname  5 orang.

Di Krasakan, ratusan warga mengalami mual, demam, nyeri otot, hingga dehidrasi setelah mengonsumsi makanan yang dihidangkan dalam sebuah acara pesta pernikahan yang dihadiri 500 tamu pada Sabtu (8/2/2025) lalu.

Pada hari yang sama, di Dusun Sanggrahan, puluhan warga mengalami mual, diare, lemas, nyeri sendi, pusing kepala, muntah, kram perut, hingga sesak napas setelah mengonsumsi makanan di sebuah acara arisan.

Dilansir Tribun Jogja, imbas kasus ini ada delapan orang saksi yang sudah diperiksa Polresta Sleman.

Mereka adalah penyelenggara hajatan, korban yang sudah sehat, maupun penyedia makanan, termasuk penyaji siomay.[]

Exit mobile version