Prabowo Bukan Bajingan Tolol

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

ORINEWS.id – “ADA yang mengatakan saya tolol, gak apa-apa. Ada juga yang menyebut saya bajingan tolol, saya enggak mau menyebut ini siapa, tapi kalian sudah tahulah siapa,” demikian petikan pidato Prabowo Subianto di acara Harlah 102 NU kemarin. Prabowo kecewa dengan jajaran di kepemimpinannya yang sudah berkali-kali diingatkan masih belum faham. Namun, katanya, setelah 100 hari, jika masih bandel,  ndablek dan tidak mengikuti aliran ideologis perjuangan rakyat, akan disingkirkannya.

Persoalan yang akan saya bahas di sini adalah soal “bajingan tolol”. Sebab, bajingan tolol adalah kosa kata yang hanya terkait seorang tokoh, yakni Rocky Gerung. Istilah ini hampir mengantarkan Rocky ke penjara beberapa waktu lalu.

Istilah Bajingan Tolol ini dialamatkan Rocky kepada Jokowi, ketika berbicara di hadapan para pemimpin buruh pimpinan Jumhur Hidayat saat lalu. Rocky mengatakan bahwa gerakan-gerakan buruh hanya bisa mendapatkan keadilan dari jalanan. Maka, Rocky mendukung rencana aksi sejuta buruh saat itu untuk menuntut penghapusan UU Omnibuslaw Ciptaker dan tuntutan lainnya.

“Duduki jalan-jalan, jalan tol, pabrik-pabrik,” dorong Rocky. Lalu Rocky mengatakan bahwa mengharap pemerintah saat itu, di bawah rezim Jokowi, tidak mungkin. Karena, menurutnya, Jokowi hanya peduli dengan dirinya sendiri, keluarga dan keturunannya. Jokowi tidak peduli dengan nasib bangsa dan buruh. Jokowi adalah Bajingan Tolol, kata Rocky.

Potongan video acara itu, di hadapan buruh pimpinan Jumhur Hidayat, viral. Berbagai pimpinan PDIP menggerakkan orang-orang mengejar Rocky dan melaporkan Rocky ke polisi. Bahkan, ketika di kantor polisi, aktifis perempuan PDIP Vina Bule, melabrak Rocky dan memaki-maki dia. Semua ini dilakukan jajaran PDIP karena begitu cintanya pada Jokowi.

Jajaran (oknum) elit Gerindra yang dekat dengan Prabowo membela Rocky. Mereka bekerja keras membantu Rocky agar tidak di penjara. Saya sendiri berkali-kali perang Debat di TV One  dengan pecinta Jokowi, seperti Ngabalin KSP, Dedi Sitorus PDIP dan Irma Chaniago NasDem. Menurut saya, istilah Bajingan Tolol yang disematkan kepada Jokowi adalah istilah yang tepat dan proporsional.

Problemnya beberapa waktu kemudian, saat dulu itu, Rocky podcast dengan sebuah podcaster, tentang bajingan tolol. Pada saat itu Rocky mengulang bahwa memang Jokowi adalah bajingan tolol.

Namun, ada satu bagian Rocky “slip of tongue” alias keselip lidah menyebut presiden ke delapan. Lalu, Rocky dalam podcast itu meralat maksudnya presiden ketujuh. Sayangnya, bagian podcast presiden kedelapan itu dipotong dan diedit seolah-olah Bajingan Tolol itu presiden kedelapan. Akhirnya geger viral seolah olah Rocky menuduh Prabowo bajingan tolol, karena presiden kedelapan kita adalah Prabowo.

Beberapa petinggi Gerindra berusaha memverifikasi hal ini kepada Rocky. Salah satu petinggi Gerindra, mengundang Rocky ke kantornya di Kemang, telah mendengar penjelasan Rocky. Saya dan Jumhur ada di situ. Di sisi lain, Rocky juga ketemu petinggi Gerindra lainnya. Menjelaskan video viral itu editan dan fitnah.

Rocky Kritik Ganjar di Pilpres

Dalam pilpres lalu Rocky bukanlah penentang Prabowo. Ada tiga hal yang menjadi jejak digital tentang itu. Pertama, Rocky menolak dan kecewa ketika barisan pendukung Anies pimpinan Tamsil Linrung ingin memakaikan jaket Anies ketika dia diundang pidato di sana.

Rocky melempar jaket itu dan menyentak publik. Dia mengatakan datang untuk pencerahan massa, bukan untuk mendukung. Ini hanya karena sebuah co-eksistensi  antara nilai yang ditawarkan Anies, yakni perubahan, dengan perjuangan Rocky selama itu.

Kedua, Rocky menghadiri acara gathering Prabowo Mania, yang dilakukan Iwan Bule dan Immanuel Ebenezer di Solo ketika kampanye. Ketiga, Rocky marah terbuka di berbagai media, ketika Ganjar menyatakan jangan pilih presiden pelanggan HAM. Di sini Rocky mengatakan tidak ada hak Ganjar melakukan statement itu, sebab PDIP sudah mendukung Prabowo pada 2009. Ketiga jejak ini menunjukkan bahwa Rocky bukan anti Prabowo.

Selama Pilpres memang Rocky hanya menunjukkan ketidak sukaan pada Ganjar. Dalam berbagai kesempatan tertutup, Rocky mengatakan istilah “ABG”, asal bukan Ganjar, saat itu.

Rocky adalah filsuf besar. Dia adalah pewaris kelompok pemikir yang turun temurun sejak jaman penjajahan, yakni kelompok PSI (Partai Sosialis Indonesia). Terakhir kelompok ini bersama Dr. Syahrir dan  Rahman Tolleng mendirikan Partai Indonesia Baru (PIB).

Tradisi berpikir kritis kelompok ini merupakan tradisi yang dibangun Dr. Sutan Syahrir dan Professor Sumitro Djojohadikusumo (ayah Prabowo). Inti pemikirannya adalah sosialistik. Salah, satu tokoh mereka di era orde baru, yakni Prof Sarbini Soemawinata, pendiri fakultas ekonomi UI bersama Prof Soemitro, menggagas pembangunan dari desa dengan penggelontoran uang sebesar besarnya di desa.

Tentang ideologi mereka, salah satu guru Politik saya, Adi Sasono, cucu pendiri Masyumi, mengatakan beda Masyumi dan PSI cuma satu, Masyumi ke Masjid kalau PSI ke pesta dansa, selebihnya sama.

Prabowo sendiri sebagai anak pendiri PSI itu pastilah pula memiliki garis ideologi sosialistik. Disini sebenarnya mengapa diberbagai rentang waktu terlihat Rocky adalah pendukung hebat Prabowo. Seperti pada kampanye 2019 untuk calon presiden, Prabowo sangat mengandalkan Rocky Gerung.

Keterpisahan Prabowo dan Rocky tentu dipahami karena adanya Jokowi sebagai “pembatas”. Demikian pula banyak aktifis lainnya mengalami “beda jalan”. Namun, seiring kemenangan Prabowo dan kembalinya Prabowo menunjukkan taringnya, maka sudah saatnya pejuang-pejuang kerakyatan saling bahu-membahu menyukseskan cita-cita Prabowo.

Pidato terakhir Prabowo di harlah NU kemarin, yang akan menyingkirkan para “kutu busuk”, adalah pekerjaan besar. Saatnya ke depan Rocky Gerung bisa secara terbuka bekerja keras untuk mendukung Prabowo. Semoga para petinggi Gerindra yang dahulu dapat informasi bahwa istilah  Bajingan Tolol dan Rocky itu adalah fitnah semata, bisa meneruskan kepada Prabowo.

Pidato Prabowo yang akan menyingkirkan orang-orang ndablek, bandel dan bekerja bukan untuk rakyat sangat memukau. Prabowo berpura-pura bodoh selam 100 hari pertama, tapi akan menyingkirkan mereka secepatnya jika tetap tidak faham tentang perjuangan kerakyatan Prabowo.

Sayangnya, dalam pidato itu Prabowo masih menyindir soal istilah “Bajingan Tolol” yang disematkan padanya oleh seseorang, yang pastinya semua orang tahu siapa dia. Istilah ini, Bajingan Tolol, terasosiasi dengan Rocky Gerung, yang hampir di penjara karena menuduh Jokowi Bajingan Tolol beberapa waktu lalu. Namun, istilah Bajingan Tolol dikaitkan dengan Prabowo adalah hanya karena editan podcast yang viral. Saat itu Rocky keseleo lidah menyebut presiden kedelapan. Namun, video aslinya utuh sudah diralat, maksudnya ketujuh, Jokowi. Sayangnya yang viral versi editan yang memojokkan dan fitnah terhadap Rocky.

Pekerjaan besar presiden ke depan terlalu besar dan berliku. Sejauh 100 hari ini Prabowo sudah menunjukkan jati dirinya, pemimpin rakyat yang ideologis. Dia samasekali bukanlah Bajingan Tolol. Kita berharap Prabowo akan bersama Rocky menggusur si Bajingan Tolol yang asli.