Kerugian Kebakaran Los Angeles Tiga Kali Lipat dari Bantuan AS untuk Penjajah Israel di Gaza

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

ORINEWS.id – Total kerugian akibat kebakaran hebat yang meluluhlantakkan Los Angeles, California, diperkirakan mencapai hampir Rp1.000 triliun. Angka tersebut hampir tiga kali lipat dari bantuan Amerika Serikat (AS) untuk operasi militer Israel yang telah menghabiskan lebih dari 22 miliar dolar AS atau sekitar Rp 356,8 triliun. Artinya, kerugian akibat kebakaran di Los Angeles hampir tiga kali lipat lebih besar.

Ken Clark dari AccuWeather menyampaikan kondisi kekeringan dan angin kencang yang terjadi di awal tahun yang menyebabkan banyaknya kebakaran hutan di wilayah selatan negara bagian California.

“Perkiraan awal AccuWeather mengenai total kerusakan dan kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan dahsyat di California Selatan sekitar 52 miliar dolar AS hingga 57 miliar dolar AS (sekitar Rp 843 triliun hingga Rp 923 triliun,” ujar Clark dalam laman AccuWeather seperti dilansir Republika di Jakarta, Jum’at (10/1/2025).

Kepala Meteorologi AccuWeather, Jonathan Porter mengatakan, peristiwa ini menjadi salah satu kebakaran hutan terburuk dalam sejarah California. Porter menyampaikan kebakaran terburuk terjadi di area dari Santa Monica hingga Malibu, yang berdampak pada beberapa real estate termahal di negara ini dengan nilai rumah rata-rata lebih dari dua juta dolar AS atau sekitar Rp 32 miliar.

Porter menyebut terdapat risiko besar terhadap aspek pariwisata dan kesehatan karena menghirup asap dan kerusakan akibat asap pada bangunan yang tidak hancur di masa mendatang.

Ia juga menyebut perkiraan ini masih awal, karena kobaran api terus menyebar dan dampak terus terjadi, dan beberapa area belum melaporkan informasi tentang kerusakan, cedera, dan dampak lainnya.

Lebih lanjut, Porter mengatakan, tingkat kerusakan menunjukkan proses pemulihan yang panjang dan menantang yang akan membutuhkan upaya kolektif masyarakat dan dukungan dari pihak berwenang.

Banyak penduduk di Pacific Palisades melaporkan bahwa mereka tidak memiliki asuransi properti karena perusahaan asuransi tidak lagi memberikan perlindungan untuk real estate di area yang sangat mahal dan berisiko tinggi.

“Yang penting, jika kebakaran terus menyebar dengan cepat ke lingkungan yang padat penduduk, ribuan bangunan tambahan yang sangat mahal akan berisiko terbakar,” ucap Porter.

Ia menyampaikan kobaran api yang bergerak cepat dan didorong angin akan mengancam nyawa dan menyebabkan kerusakan dahsyat. Porter menyebut perkiraan AccuWeather untuk total kerusakan dan total kerugian ekonomi akan direvisi naik secara substansial.

“Ini bencana yang mengerikan. Kami baru mulai melihat dengan jelas besarnya kerusakan dan kerugian. Angin lepas pantai yang kencang bertiup dengan kecepatan 70-100 mph. Petugas pemadam kebakaran berhadapan dengan hembusan angin sekuat badai saat mereka dengan gagah berani mencoba memadamkan api dan mengendalikan kebakaran ini,” sambung Porter.

Saat kebakaran terjadi Selasa malam, kata Porter, evakuasi massal terjadi di seluruh wilayah. Lalu lintas macet hingga orang-orang meninggalkan mobil mereka, meninggalkan kendaraan yang menyumbat jalan. Negara bagian harus mendatangkan peralatan berat untuk membersihkan kendaraan yang terbengkalai dan membuka jalan bagi petugas pemadam kebakaran.

Ahli Meteorologi Senior AccuWeather dan Pakar Cuaca AS Bagian Barat, Dave Houk mengatakan kebakaran lain di wilayah tersebut, termasuk kebakaran Eaton, Woodley, dan Hurst, menambah kerusakan, membakar semak belukar serta bangunan komersial dan perumahan. Risiko kebakaran lain masih ada. Tragisnya, sedikitnya dua korban jiwa dilaporkan dalam kebakaran Eaton.

“Hembusan angin kencang telah menerbangkan bara api dari rumah ke rumah, yang memungkinkan kebakaran hutan ini meledak dengan cepat dan tak terkendali. Angin lepas pantai semakin mengeringkan tumbuhan dan mengurangi kelembapan relatif, yang meningkatkan risiko kebakaran,” ujar Dave.

Ia mendorong masyarakat mematuhi seluruh perintah evakuasi resmi. Hal ini merupakan situasi yang mengancam jiwa yang akan terus berlanjut setelah gelap malam ini, bahkan setelah angin kencang mereda karena angin kencang berkecepatan 25-45 mph akan terus berlanjut di area kebakaran.

Dave juga menyampaikan, hembusan angin di sekitar kebakaran akan mencapai setidaknya 40 mph hingga Rabu malam. Kondisi berangin sepoi-sepoi hingga berangin lokal akan terus berlanjut hingga Kamis, dan bahkan mungkin akan ada peningkatan angin di area rawan Santa Ana pada Kamis sore hingga Kamis malam dan hingga Jumat dini hari.

“Risiko kebakaran masih bisa ekstrem. Untuk upaya pemadaman kebakaran, angin akan mereda sepanjang sisa hari Jumat. Putaran angin kencang lainnya dan peningkatan risiko kebakaran diperkirakan akan kembali terjadi di wilayah tersebut awal minggu depan,” kata Dave.

Bantuan AS

Per 1 Januari 2025, AS telah menghabiskan lebih dari 22 miliar dolar AS (sekitar Rp 356,8 triliun) untuk mendukung operasi militer Israel. Operasi itu terjadi di Gaza, Lebanon, dan Suriah Sejak 7 Oktober 2023. Menurut Stockholm International Peace Research Institute, AS memasok 69 persen kebutuhan senjata Israel periode 2019–2023.

Angka itu meningkat menjadi 78 persen pada akhir 2023. Hingga Desember 2023, AS telah mengirimkan lebih dari 10 ribu ton senjata senilai 2,4 miliar dolar AS (sekitar Rp38,9 triliun). Jumlah itu meningkat jadi 50 ribu ton pada Agustus 2024, yang diangkut melalui ratusan pesawat dan kapal.

Sebagai sekutu terbesar Israel, AS telah menyediakan berbagai perlengkapan militer canggih, termasuk rudal untuk sistem pertahanan Iron Dome, bom presisi, helikopter angkut berat CH-53, helikopter serang AH-64 Apache, peluru artileri 155mm, amunisi penghancur bunker, dan kendaraan lapis baja.

AS sejak 1946 telah memberikan lebih dari 310 miliar dolar AS (sekitar Rp5 kuadriliun) bantuan militer dan ekonomi kepada Israel, setelah disesuaikan dengan inflasi, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri, sebuah lembaga pemikir Amerika.

Perjanjian bantuan militer senilai 38 miliar dolar AS (sekitar Rp616,2 triliun) yang ditandatangani pada 2016 masih berlaku hingga saat ini, dengan alokasi 3,8 miliar dolar AS (sekitar Rp61,6 triliun) per tahun untuk pembiayaan militer asing dan pertahanan rudal.

Paket darurat pada tahun 2024 menambahkan miliaran dolar lagi, termasuk 14,1 miliar dolar AS (sekitar Rp228,6 triliun) yang disetujui pada Februari dan pengiriman senjata senilai 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp40,5 triliun) pada Maret.

Penggunaan senjata tersebut di area sipil menimbulkan kekhawatiran dan kritik, terutama karena pengawasan terbatas dari Kongres terhadap transfer senjata tersebut.

Hingga 2024, AS telah mengizinkan lebih dari 100 kesepakatan penjualan senjata untuk Israel, yang sebagian besar mendukung sistem pertahanan rudal dan mengisi kembali stok persenjataan, meskipun ada pengawasan ketat atas dampaknya terhadap penduduk sipil di Gaza.[]

Exit mobile version