Bayi-bayi di Gaza Meninggal Kedinginan di Tengah Blokade dan Serangan Penjajah Israel

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

ORINEWS.id – Tragedi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk seiring cuaca dingin ekstrem yang melanda wilayah tersebut. Tidak hanya serangan penjajah Israel, namun juga kondisi suhu dingin telah merenggut nyawa delapan bayi di Gaza, termasuk bayi bernama Yousef.

Ibu Yousef, yang tinggal di pengungsian tanpa fasilitas memadai, menuturkan kesedihan mendalam atas kehilangan anaknya akibat udara dingin yang menusuk.

“Dia meninggal karena cuaca yang sangat dingin. Dia tidur di samping saya dan pagi harinya saya mendapatinya membeku dan meninggal. Saya tidak tahu harus mengatakan apa,” kata sang ibu kepada Al Jazeera, Minggu (5/1/2025).

“Tidak ada yang bisa merasakan penderitaan saya. Tidak ada orang di dunia ini yang bisa mengerti malapetaka kami. Yousef lahir dalam kondisi sehat dan baik. Saya telah kehilangan Yousef untuk selamanya,” sambungnya.

Sejak Oktober 2023, Jalur Gaza menjadi medan konflik intens, dengan serangan penjajah Israel terus menggempur wilayah tersebut. Akibatnya, ribuan warga Gaza terpaksa mengungsi ke tenda-tenda darurat yang minim perlindungan dari dingin dan kekurangan selimut serta pakaian musim dingin.

Krisis Kemanusiaan Akut

Blokade penjajah Israel yang berlangsung sejak 2007 turut memperparah kondisi warga Gaza. Bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, pakaian, dan obat-obatan, terhambat masuk ke wilayah tersebut.

Wael Al-Sheikh, pejabat Kementerian Kesehatan Palestina, mengungkapkan bahwa stok obat-obatan untuk pasien telah habis.

“Stok 120 jenis obat, termasuk untuk perawatan kanker, sudah habis di gudang kementerian,” jelasnya.

Selain kekurangan obat, pasokan alat medis juga sangat terbatas, mengancam keselamatan ribuan pasien yang membutuhkan perawatan.

Serangan Masif dan Korban Sipil

Situasi semakin memburuk dengan serangan udara penjajah Israel yang terus berlangsung. Dalam tiga hari terakhir, serangan Israel dikabarkan telah menewaskan lebih dari 200 warga Palestina, sebagian besar merupakan anak-anak dan perempuan.

Data terkini Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan lebih dari 46.000 orang telah tewas sejak konflik kembali memanas pada Oktober 2023, sementara 109.064 orang terluka, dan lebih dari 11.160 orang masih dinyatakan hilang.

Pembicaraan Gencatan Senjata

Di tengah situasi kritis ini, upaya diplomatik kembali dilakukan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memberi wewenang kepada delegasi yang terdiri dari Mossad, Shin Bet, dan militer untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata dengan Hamas di Doha, Qatar. Delegasi tersebut dijadwalkan berangkat ke Doha pada hari Jumat.

Perundingan yang difasilitasi Amerika Serikat ini diharapkan dapat menghentikan konflik berkepanjangan yang telah berlangsung selama 15 bulan terakhir.

Namun, hingga kini, penderitaan warga Gaza akibat blokade, serangan penjajah, dan cuaca ekstrem terus menjadi luka kemanusiaan yang mendalam.[]

Exit mobile version