ORINEWS.id – Di bawah terik matahari akhir Desember, Rasamala Aritonang berdiri tegak di hadapan deretan kamera dan mikrofon, wajahnya tenang namun suaranya tegas. Mantan pegawai KPK itu, dengan cermat memilih kata-katanya, menyampaikan bantahan tajam atas isu yang menyeret nama Ferdy Sambo dan keluarganya dalam kasus uang palsu.
“Kami tegaskan,” katanya, dengan nada yang mengiris ketegangan, “klien kami, Bapak Ferdy Sambo dan keluarga, tidak mengenal dan tidak memiliki hubungan apa pun dengan saudara Annar Salahuddin Sampetoding, apalagi terlibat dalam perkara uang palsu tersebut.”
Ucapannya bergema seperti denting baja, membelah atmosfer penuh kecurigaan. Namun, ia tahu, di balik pernyataannya, opini publik adalah medan yang sulit dikendalikan.
Di sudut lain, Annar Salahuddin Sampetoding, otak di balik sindikat uang palsu itu, kini menjadi nama yang akrab di headline media. Bersama Andi Ibrahim, Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, keduanya disebut-sebut mencetak uang palsu dengan teknik sederhana namun penuh keberanian.
Bank Indonesia angkat bicara. Marlison Hakim, Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, menjelaskan kualitas uang palsu itu rendah, lebih menyerupai hasil eksperimen daripada ancaman nyata. “Dengan metode 3D—dilihat, diraba, diterawang—siapa pun dapat mengenali bahwa uang tersebut palsu,” ujarnya, suaranya mengandung keyakinan bahwa masyarakat tidak perlu terlalu cemas.
Namun, isu ini telah menjadi lebih dari sekadar uang palsu. Nama Ferdy Sambo, yang sebelumnya sudah berlumuran kontroversi, kembali muncul di tengah pusaran masalah ini. Rasamala, sebagai pengacara yang siaga, menutup celah spekulasi dengan peringatan keras: “Jika ada pihak yang tetap mengaitkan klien kami dengan kasus ini, kami tidak segan-segan menempuh jalur hukum.”
Di balik semua itu, drama uang palsu ini bukan hanya soal sindikat kecil di Makassar. Ini adalah cermin yang memantulkan wajah kompleks hubungan antara hukum, persepsi publik, dan pengaruh kekuasaan.
Saat malam menjelang, layar televisi di ruang keluarga banyak orang menampilkan berita ini dengan grafis dramatis dan komentar tajam. Di luar sana, uang palsu itu mungkin tak banyak beredar, namun bayang-bayang kontroversinya telah mencetak kesan mendalam dalam benak masyarakat. Di bawah kerlip lampu kota yang tak pernah tidur, kasus ini terus menjadi tanda tanya besar: siapa sebenarnya yang berdiri di balik layar?