ORINEWS.id – Seorang pendeta di Inggris, Pdt. Paul Chamberlain, menjadi sorotan setelah menyampaikan pernyataan kontroversial kepada siswa kelas enam Lee-on-the-Solent Junior School di Hampshire, Inggris.
Dalam ceramahnya, ia mengatakan bahwa Sinterklas tidak nyata dan bahwa orang tua lah yang menaruh hadiah di bawah pohon Natal.
Pernyataan ini mengejutkan banyak siswa dan memicu tangisan di kelas.
Dilansir dari Oddity Central, Selasa, 24 Desember 2024, insiden tersebut terjadi Minggu lalu saat Pdt. Chamberlain seharusnya berbicara tentang kelahiran Yesus di depan murid-murid berusia sekitar 10 hingga 11 tahun.
Namun, ia justru mengalihkan pembahasan ke topik keberadaan Sinterklas.
“Kalian semua sudah kelas enam, sekarang mari kita jujur saja, Sinterklas itu tidak nyata,” ujar Chamberlain di depan kelas.
Ia juga menyebutkan bahwa orang tua lah yang membelikan hadiah dan memakan kue yang biasanya ditinggalkan anak-anak untuk Sinterklas.
Reaksi atas pernyataan ini sangat emosional. Banyak siswa yang mulai menangis dan melaporkan pengalaman tersebut kepada orang tua mereka.
Beberapa orang tua menyebut tindakan pendeta itu sebagai “salah” atau bahkan “menjijikkan,” dan merasa perlu menciptakan kembali suasana keajaiban Natal untuk membantu anak-anak mereka mengatasi trauma.
Keuskupan Portsmouth segera merespons insiden ini.
“Setelah berbicara tentang kisah kelahiran Yesus dari Alkitab, dia membuat beberapa komentar tentang keberadaan Sinterklas,” ujar juru bicara Keuskupan kepada Mail Online.
“Paul telah menerima bahwa ini adalah kesalahan penilaian, dan dia seharusnya tidak melakukannya. Dia telah meminta maaf tanpa syarat kepada sekolah, orang tua, dan anak-anak,” tambahnya.
Kepala sekolah juga mengirimkan surat resmi kepada para orang tua untuk menjelaskan situasi tersebut.
Permintaan maaf dari Pdt. Chamberlain tampaknya belum sepenuhnya meredakan kekhawatiran.
Beberapa orang tua merasa perlu “mengerahkan segenap keajaiban” untuk mengembalikan semangat liburan bagi anak-anak mereka.
Kejadian ini juga memicu ironi di kalangan publik, mengingat seorang pemuka agama berbicara tentang keberadaan Sinterklas sementara iman mereka sendiri sering kali melibatkan aspek yang sulit dibuktikan secara empiris.***