ORINEWS.id – Dua mantan agen badan intelijen Israel, Mossad membongkar rincian tentang operasi ledakan bom pager dan walkie-talkie di Lebanon pada bulan September 2024.
Ditutup topeng dan suara disamarkan, kedua eks agen Mossad ini mengatakan bahwa operasi menggunkan walkie-talkie ini telah direncanakan sejak 10 tahun lalu.
“Perencanaan untuk pemerintahan teror selama dua hari, khususnya di Lebanon, yang menewaskan 30 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang pada tanggal 17 dan 18 September, dimulai satu dekade lalu dengan menjadikan walkie-talkie sebagai senjata, menurut mantan perwira Mossad yang berbicara kepada CBS News, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Mossad menyasar walkie-talkie lantaran alat tersebut digunakan di medan perang.
Namun pada tahap kedua, Mossad berupaya mengembangkan perangkat yang dapat dibawa Hizbullah setiap saat yaitu pager.
Tahap kedua tersebut berjalan mulai 2022, di mana saat itu Mossad mengetahui bahwa Hizbullah telah membeli pager dari sebuah perusahaan yang berpusat di Taiwan, dikutip dari AP News.
Mossad kemudian memodifikasi pager yang dibuat menjadi lebih besar.
Tujuannya agar dapat menampung bahan peledak yang tersembunyi.
Salah seorang agen yang menggunakan nama samaran Micahel mengatakan bahwa Mossad menggunakan ‘perusahaan cangkang’ dan memanipulasi rantai pasokan untuk menjual 5.000 pager ke Hizbullah pada September 2024.
Menurut Michael, Israel sengaja menciptakan dunia pura-pura agar perusahaan asing tidak dapat terdeteksi.
“Kami menciptakan dunia pura-pura yang di dalamnya terdapat “berbagai kemungkinan luar biasa untuk menciptakan perusahaan asing yang tidak dapat dilacak kembali ke Israel,” kata Michael.
Pager dibuat hanya dapat meledak ketika menekan sebuah tombol tertentu.
Setelah dimodifikasi, pager tersebut diuji pada boneka beberapa kali agar terlihat berapa besar efek ledakan.
Tidak hanya itu, Mossad juga menguji sejumlah nada dering untuk menemukan satu yang terdengar cukup mendesak untuk membuat seseorang mengeluarkan pager dari sakunya.
Agen kedua, yang menggunakan nama samaran Gabriel mengatakan bahwa untuk meyakinkan direktur Mossad, membutuhkan waktu tidak sebentar, sekitar 2 minggu.
Hingga akhrinya Mossad membuat iklan palsu di YouTube yang mempromosikan pager tersebut sebagai produk yang tahan lama, awet, dan antidebu.
Gabriel kemudian mengatakan bahwa untuk ketepatan operasi, Mossad menguji perangkat tersebut untuk hanya melukai target dan menyebabkan kerusakan minimal bagi orang-orang di dekatnya.
“Bahkan jika istri atau putrinya berada di dekatnya, dialah satu-satunya yang akan terluka,” Gabriel menambahkan.
Namun ternyata ledakan pada 17 September ini sangat bertentangan dengan pernyataan Gabriel.
Pasalnya, ledakan ini justru membuat dua anak tewas, bukan hanya terluka.
Pada bulan September, militan Hizbullah memiliki 5.000 pager di saku mereka.
Pada 17 September 2024, terjadi ledakan di seluruh Lebanon.
Secara bersamaan, pager itu meledak.
Ledakan terjadi sekitar pukul 16.45 waktu setempat.
Ledakan berlangsung sekitar satu jam, dikutip dari Al Jazeera.
Pager yang terlibat dalam ledakan tersebut merupakan bagian dari pengiriman 1.000 perangkat yang baru-baru ini diimpor oleh kelompok tersebut, yang tampaknya telah dibobol di eksportir.
Sehari setelahnya, ledakan kembali terjadi, namun kali ini berasal dari walkie-talkie.
Mossad mengaktifkan walkie-talkie, beberapa di antaranya meledak di pemakaman sekitar 30 orang yang tewas dalam serangan pager.
Korban luka telah mencapai lebih dari 3.250 orang.
Gabriel mengakui bahwa serangan itu tidak menghancurkan Hizbullah, tetapi mengklaim bahwa serangan itu mengganggu rantai komando mereka