Dokter Koas Pirngadi Aniaya Pekerja Gerai Makanan di Medan

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

ORINEWS.id – Sebuah insiden mengejutkan terjadi di salah satu gerai makanan di kota Medan pada akhir pekan lalu. Seorang dokter koas (ko-asisten) di Rumah Sakit Pirngadi, Fladiniyah, dilaporkan telah melakukan penganiayaan terhadap seorang pekerja gerai makanan, Fitra Samosir (26), yang bekerja di sebuah warung pizza dan burger. Aksi kekerasan itu terjadi di siang hari, tepatnya pada Minggu, 22 Desember 2024, dan meninggalkan luka fisik pada korban.

Menurut laporan yang diterima polisi, kejadian bermula ketika Fladiniyah tiba-tiba memasuki gerai makanan tersebut, tanpa provokasi yang jelas. “Saya tidak tahu apa-apa. Tiba-tiba datang dan melemparkan makanan sisa ke wajah saya, lalu mencakar tangan kiri dan kening saya,” ungkap Fitra dengan suara gemetar saat memberikan pernyataan kepada pihak kepolisian. Usai peristiwa tersebut, Fitra langsung melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Medan.

Pihak manajemen gerai, yang dikelola oleh Hery Multy Pohan, segera meminta tindakan tegas dari aparat. “Dari CCTV terlihat jelas, pelanggan saya berlarian menghindari. Ini sungguh meresahkan, tiba-tiba dia menganiaya pekerja saya. Saya harap polisi segera menindaklanjuti,” ujar Hery dengan nada cemas. Tak hanya itu, Hery juga berharap kejadian serupa tidak terulang, karena insiden seperti ini bisa menciptakan ketidaknyamanan di kalangan pelaku usaha dan pengunjung lainnya.

Tak hanya sekali, Fladiniyah dikenal memiliki riwayat perilaku tempramental. Sebelumnya, ia dilaporkan terlibat dalam insiden serupa, yakni menganiaya seorang pemilik mobil yang memukul kendaraan miliknya di tengah jalan. Dengan arogan, ia menunjukkan papan nama di bajunya yang bertuliskan “dokter koas”, seolah merasa kebal dari konsekuensi hukum.

Insiden ini semakin memperburuk persepsi publik terhadap kualitas calon dokter di Indonesia. Sejumlah netizen yang menyaksikan video kekerasan tersebut melalui media sosial mengungkapkan keprihatinan. “Ini calon dokter? Syarat jadi dokter kan sehat jiwa dan raga,” komentar salah satu pengguna Twitter. Tak sedikit yang mempertanyakan apakah seseorang yang memiliki gangguan emosional seperti ini layak menangani pasien di masa depan.

Sementara itu, pihak kepolisian telah mengambil tindakan untuk menindaklanjuti laporan tersebut. Fladiniyah kini resmi menjadi tersangka dalam kasus penganiayaan ini, dan diperkirakan akan menghadapi tuntutan hukum atas tindakannya.

Kasus ini menambah panjang daftar permasalahan terkait perilaku profesionalisme, terutama di kalangan tenaga medis. Di tengah pandemi dan meningkatnya tekanan dalam dunia medis, pertanyaan tentang kesehatan mental para calon dokter menjadi isu yang semakin relevan. Sebuah pertanyaan besar kini menggantung: apakah calon tenaga medis yang berpotensi menghadapi tekanan besar ini sudah cukup siap secara mental untuk menangani pasien di masa depan?