ORINEWS.id – Keberadaan perusahaan tambang di Aceh semakin menunjukkan dampak positifnya, tidak hanya sebagai penggerak ekonomi, tetapi juga dalam peningkatan kualitas pendidikan teknik di provinsi tersebut.
Akademisi dari Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Syiah Kuala (USK), Dr. Teuku Andika Rama Putra, menyampaikan, kontribusi perusahaan tambang seperti PT Mifa Bersaudara dan PT Bara Energi Lestari (BEL) memperkuat pendidikan teknik pertambangan, memberi kesempatan bagi generasi muda Aceh untuk menguasai teknologi canggih berbasis Industri 4.0.
“Laboratorium perencanaan tambang yang dibangun PT Mifa di USK merupakan contoh nyata, dilengkapi dengan teknologi virtual reality tiga dimensi yang memungkinkan mahasiswa memahami teknologi yang digunakan oleh perusahaan besar,” kata Dr. Andika dalam diskusi yang diselenggarakan Jurnalis Ekonomi Aceh di Banda Aceh, Jum’at (8/11/2024).
Tak hanya dari sisi fasilitas pendidikan, perusahaan tambang juga membuka peluang magang dan memperkerjakan tenaga lokal.
Dr. Andika menyebutkan, PT Mifa mengutamakan perekrutan pekerja dari Aceh Barat, dengan 70-80 persen dari 7.000 karyawan berasal dari daerah tersebut, yang memberikan efek ekonomi sekitar Rp40 miliar per bulan.
“Dengan rata-rata gaji Rp5 juta per bulan, perputaran ekonomi sekitar Rp40 miliar terjadi di Aceh Barat. Ini adalah dampak besar yang langsung dirasakan oleh masyarakat,” sebutnya.
Ia menambahkan, sektor tambang juga berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh Barat dan menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang mendukung keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dengan terus berkembangnya sektor ini, Dr. Andika berharap Aceh Barat dapat dikenal sebagai “kota black dollar,” menyaingi Aceh Utara yang dikenal dengan “kota petrodolar.”[]