ORINEWS.id – Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta, Pramono Anung, angkat bicara soal pentingnya pemimpin yang adil terhadap semua agama.
Namun, ia justru heran pernyataannya tersebut ditafsirkan sebagai anti Islam oleh sebagian pihak.
Dalam tanggapannya, Pramono menegaskan dirinya enggan bermain-main dengan Politik agama, yang menurutnya dapat memecah belah masyarakat.
Ini merespons kritik terhadap pernyataannya terkait program ‘Magrib Mengaji’ yang diusulkan oleh cagub lain, Ridwan Kamil (RK).
“Saya tegaskan, saya tidak ingin menggunakan politik agama, karena itu hanya memecah belah. Tapi, sekarang saya malah dituduh anti-Islam. Itu sungguh keterlaluan,” kata Pramono di JCC, Senayan, Jakarta (29/9/2024).
Pramono juga mengklarifikasi bahwa maksud pernyataannya adalah setiap pemimpin harus berlaku adil terhadap semua agama.
Dia menambahkan bahwa program ‘Magrib Mengaji’ bukan hal baru, melainkan sudah pernah diinisiasi oleh mantan Gubernur Anies Baswedan.
“Sebagai pemimpin, kita harus adil bagi semua agama. Program Magrib Mengaji itu bukan hal baru, itu program Mas Anies. Kami akan melanjutkannya dengan konsep ‘Happy Mengaji’,” ujar Pramono.
Pramono menambahkan, program ini akan memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mengaji setelah subuh, zuhur, atau isya.
Bahkan, Pramono siap beradu mengaji dengan calon gubernur lain jika ditantang.
Pramono kemudian menekankan bahwa tuduhan anti-Islam yang dialamatkan kepadanya sangat tidak berdasar, dan ia siap membuktikan kemampuan agamanya.
“Saya ini lulusan pendidikan agama, dan saya siap beradu mengaji dengan siapa saja,” tegas Pramono.
– Tanggapan Pramono Soal Program ‘Magrib Mengaji’ RK
Dalam pertemuan dengan warga Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Pramono juga menanggapi gagasan RK soal ‘Magrib Mengaji’. Ia kembali menegaskan bahwa agama dan etnisitas tidak boleh digunakan dalam politik.
“Bagi kami, agama tidak boleh dipakai sebagai alat politik. Pilgub ini adalah ajang membangun Jakarta, bukan tentang isu keagamaan,” ujarnya.
Dengan narasi yang lebih tegas dan program yang inklusif, Pramono siap membawa perubahan bagi Jakarta tanpa harus mengorbankan kerukunan umat beragama.