ORINEWS.id – Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, baru-baru ini menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi Indonesia yang dinilainya belum mencapai keadilan dan kemakmuran. Dalam pidato politiknya di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024), Megawati menyoroti kinerja Presiden Joko Widodo yang dianggapnya gagal mewujudkan cita-cita tersebut.
“Saya tiap malam nangis. Cuma ngelihatnya gini. Segede ini (menunjuk peta Indonesia) kenapa tidak bisa adil dan makmur ya. Lalu salahnya siapa? Pemimpinnya, pemimpinnya, pemimpinnya,” ujar Megawati sambil berurai air mata. Pernyataan tersebut mencerminkan kekecewaannya terhadap Jokowi, yang ironisnya, merupakan presiden yang diusung oleh partainya.
Sebagai pengingat, Jokowi merupakan tokoh politik yang kariernya banyak didukung oleh PDIP. Mulai dari Pilkada Surakarta 2005 hingga dua kali Pemilu Presiden pada 2014 dan 2019, PDIP selalu menjadi partai yang mengusungnya. Namun, keretakan hubungan antara PDIP dan Jokowi kian nyata setahun terakhir, seiring dengan perbedaan sikap dalam Pilpres 2024.
Pengamat politik dari Pusat Riset Politik, Hukum, dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, menilai bahwa PDIP saat ini sedang terkena hukum alam akibat terlalu mempercayai Jokowi selama 10 tahun terakhir.
“Jadi ini hukum alam. Alam tengah menghukum PDIP, yang selama 10 tahun berkuasa terlalu memberi kepercayaan kepada Jokowi, bahkan banyak menyimpang dari masukan dan harapan publik selama ini,” ujarnya.
Senada dengan Saiful, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menyebut bahwa sikap pragmatis partai politik menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat cenderung skeptis terhadap parpol yang sering mengatasnamakan kepentingan rakyat. Menurut Pangi, hubungan PDIP dan Jokowi yang semakin memanas menunjukkan bahwa ideologi partai kini lebih bersifat transaksional dan pragmatis.
Dalam sejarah politiknya, PDIP dan Megawati memang tak bisa dipisahkan dari perjalanan karier Jokowi. Sejak Pilkada Surakarta 2005, Pilkada DKI Jakarta 2012, hingga dua kali Pilpres, Megawati selalu berada di belakang Jokowi, bahkan pernah menyebutnya sebagai “petugas partai” yang harus menjalankan amanat PDIP. Namun, meski PDIP masih menguasai sejumlah pos penting di kabinet, hubungan antara Megawati dan Jokowi tampaknya semakin merenggang. []