Diam-Diam Hutang Indonesia ke China Meroket Nyaris 200 Persen dalam 10 Tahun
ORINEWS.id – Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal II-2024 mencapai US$ 408,6 miliar atau setara dengan Rp 6.415 triliun (kurs Rp 15.700). Nilai ULN ini meningkat sebesar 2,7% secara tahunan (year on year/yoy).
Dari data BI tersebut, Singapura diketahui menjadi pemberi utang terbesar Indonesia. Per kuartal II-2024, utang Indonesia dari Singapura mencapai US$ 54,36 miliar atau Rp 853,45 miliar. Posisi kedua ditempati Amerika Serikat (AS) US$ 27,86 miliar atau Rp 437,40 miliar. Kemudian, posisi ketiga adalah China, dengan nilai utang ke Indonesia senilai US$ 23,06 miliar atau Rp 362,04 miliar.
Namun mencengangkan, di antara ketiga negara ini, utang luar negeri Indonesia dari China diam-diam meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir. Pada akhir 2014, utang Indonesia dari China tercatat sebesar US$ 7,82 miliar.
Namun kini, per akhir Juni 2024, utang luar negeri Indonesia yang berasal dari China telah mencapai US$ 23,06 miliar. Jika dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024 tersebut, maka peningkatan utang luar negeri Indonesia dari China mencapai 194,88%.
Adapun, peningkatan signifikan utang China ini dimulai pada 2015. Dikutip dari data BI, utang Indonesia dari China mencapai US$ 13,66 miliar pada akhir 2015, meningkat hampir dua kali lipat dari posisi 2014, yakni US$ 7,82 miliar.
Lebih lanjut, jika dikategorikan ke dalam debitur, porsi utang dari China mengalir terbanyak ke sektor swasta dan BUMN. Per 2014, utang Indonesia dari China mencapai US$ 6,88 miliar, naik 214,38% menjadi US$ 21,63 miliar pada akhir Juni 2024.
Sementara itu, porsi utang China ke pemerintah mencapai US$ 1,43 miliar pada akhir Juni. Porsi utang China ke pemerintah ini meningkat 45,43% dari posisi US$ 986 juta pada akhir 2014.
Berikut posisi utang luar negeri Indonesia yang berasal dari China, sejak 2014 hingga Juni 2024:
2014: US$ 7,82 miliar
2015: US$ 13,66 miliar
2016: US$ 15,15 miliar
2017: US$ 15,44 miliar
2018: US$ 18,11 miliar
2019: US$ 19,99 miliar
2020: US$ 20,65 miliar
2021: US$ 20,89 miliar
2022: US$ 20,11 miliar
2023: US$ 21,14 miliar
Jun 2024: US$ 23,08 miliar