ORINEWS.ID, Banda Aceh – Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh mengemukakan perkembangan dan tantangan terkini terkait Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta strategi pengembangannya di Provinsi Aceh.
Dalam acara Bincang Bareng Media (BBM) di Banda Aceh, Jumat (26/7/2024), Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Rony Widijarto P., memaparkan bahwa UMKM memegang peran penting sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. UMKM memberikan kontribusi sebesar 57,14% terhadap PDB dan menyerap 96,92% tenaga kerja.
Namun, UMKM di Aceh masih menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan akses pembiayaan, kesiapan digital, dan akses pemasaran.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Rony Widijarto menyoroti pentingnya strategi pengembangan UMKM melalui tiga pilar kebijakan, yaitu korporatisasi, kapasitas, dan akses pembiayaan.
“Ketiga pilar tersebut bertujuan untuk mendorong UMKM yang memiliki daya saing untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” ujar Rony.
Bank Indonesia terus berupaya mendukung UMKM di Aceh melalui berbagai program, termasuk mendorong digitalisasi UMKM dengan mengintegrasikan digitalisasi sepanjang rantai nilai dari hulu ke hilir untuk menciptakan ekosistem digital yang menyeluruh.
Selain itu, program UMKM Go Ekspor bertujuan meningkatkan daya saing UMKM Aceh di pasar internasional, serta peningkatan akses pembiayaan melalui fasilitasi business matching antara UMKM dengan perbankan dan pelatihan pencatatan transaksi keuangan menggunakan aplikasi SIAPIK dan BISAID.
Berdasarkan data Triwulan II 2024, pembiayaan UMKM di Provinsi Aceh tumbuh sebesar 12,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di Sumatera sebesar 9,03% (yoy) dan nasional sebesar 5,81% (yoy). Non Performing Loan/Financing (NPL/NPF) Pembiayaan UMKM di Aceh tercatat sebesar 3,80%, lebih rendah dibandingkan tingkat nasional yang sebesar 4,04%.
Pangsa pembiayaan UMKM terhadap total pembiayaan di Aceh juga cukup signifikan, mencapai 25,15%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 19,50%.
Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Aceh juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 41,57% (yoy), jauh di atas pertumbuhan di Sumatera sebesar 10,06% (yoy) dan nasional sebesar 3,34% (yoy). NPL/NPF Pembiayaan KUR di Aceh tercatat sebesar 1,75%, lebih rendah dibandingkan tingkat nasional yang sebesar 2,10%.
Rasio pembiayaan UMKM (lokbank) terhadap total pembiayaan pada Triwulan II 2024 mencapai 27,93%, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 27,78%. Meskipun demikian, rasio pembiayaan UMKM di Aceh masih dapat dioptimalkan agar lebih inklusif.
Lebih lanjut, Bank Indonesia Provinsi Aceh juga terus melakukan pengembangan UMKM di bidang pangan untuk menjaga stabilitas inflasi. Upaya yang dilakukan termasuk pelatihan pertanian organik, pengembangan digital farming, dan dukungan sarana prasarana untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Dengan strategi dan dukungan yang diberikan, diharapkan UMKM di Aceh dapat terus tumbuh dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian daerah maupun nasional. []