USK-Griffith University Wujudkan Layanan Kesehatan Primer yang Inklusi di Indonesia

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Orinews.id|Banda Aceh – Universitas Syiah Kuala (USK) bersama Griffith University bergerak mewujudkan layanan kesehatan primer yang inklusi di Indonesia. Upaya ini dijalankan lewat Projek CORE STEP yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui Hibah Koneksi.

Ambon menjadi kota pertama di Tanah Air yang me-launching projek tersebut. Selain USK dan Griffith University, turut pula berkolaborasi dengan Universitas Pattimura (UNPATTI), Universitas Mataram, Kementerian Kesehatan dan Lembaga terkait lainnya sedang menjalankan Projek CORE STEP.

Projek dengan judul, CORE STEP: Solusi Berbasis Pengetahuan yang Inovatif untuk Sistem Layanan Kesehatan Primer yang Inklusif dan Siap menghadapi Perubahan Iklim, untuk yang pertama dibuka di Auditorium Pascasarjana UNPATTI, 26 September 2023.

“Launching projek juga akan dilaksanakan di dua kota lainnya yaitu Mataram dan Banda Aceh,” ungkap Dr. Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si selaku Ketua Tim dari Indonesia.

Akademisi USK tersebut menyebutkan bahwa tujuan utama projek ini adalah untuk membantu PUSKESMAS menjadi inklusif dan siap menghadapi perubahan iklim.

Dr. Connie Cai Ru Gan yang merupakan ketua tim dari Australia mengatakan, sangat senang dengan sambutan dan keramahtamahan masyarakat Ambon yang dikenal sebagai Kota Musik. Ia juga menyampaikan, akan membantu mempromosikan UNPATTI kepada para peneliti dari berbagai belahan dunia untuk membuka peluang kerja sama.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon yang hadir dalam launching itu, drg. Wendy Pelupessy, M.Kes mengemukakan, Dinkes Kota Ambon sudah sering bekerjasama dengan UNPATTI terutama dengan Fakultas Kedokteran UNPATTI.

“Seperti yang kita ketahui bahwa isu perubahan iklim yang memiliki dampak yang serius pada berbagai aspek kehidupan terutama kesehatan, selain itu juga berdampak pada ekonomi, sosial, dan politik. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan salah satunya menjelaskan terkait transformasi layanan primer,” jelas Kadinkes Ambon.

Upaya ini diyakini mampu meningkatkan derajat masyarakat umum, sesuai dengan dengan transformasi sistem Kesehatan pada pilar pertama dari 6 pilar dengan 3 fokus. Pertama, siklus hidup sebagai fokus pelayanan Kesehatan sekaligus sebagai focus promosi. Kedua, integrasi jejaring pelayanan Kesehatan primer hingga tingkat desa/kelurahan dan dusun.

Ketiga, memperkuat pemantauan wilayah setempat PUSKESMAS sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan primer berfokus pada peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pengelolaan kondisi kronis termasuk penurunan kesehatan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

“Penelitian itu harus bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Saya juga sudah beberapa kali pergi ke Aceh, ke Universitas Syiah Kuala, ke Universitas Teuku Umar, dan ke Lhokseumawe,” tambah Rektor UNPATTI, Prof. Dr. M. J. Saptenno, S.H, M.Hum.

Ia berencana segera ke Aceh untuk membuat kerja sama dengan beberapa universitas di sana. Menurutnya, projek Core Step ini merupakan peluang besar bagi kampus di Indonesia untuk bermanfaat secara bersama kepada masyarakat.

Kegiatan ini sukses terlaksana tidak lepas dari sambutan baik dari UNPATTI yang dikoordinasi oleh Dr. Bokiraiya Latuamury (Okky), S.Hut. M.Sc, yang dalam Project Core Step merupakan Site Coordinator untuk Kota Ambon.

“Bagi saya Dr. Okta adalah anugerah yang telah memberikan inspirasi dan energi untuk bergiat dalam penelitian dan publikasi pada jurnal bereputasi. Poin penting bahwa Inovasi ini bermanfaat bagi dunia ilmiah dan membangun kemanfaatan bagi masyarakat banyak,” ucapnya.

Pada hari sebelumnya, telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD), yang merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan penelitian Core Step. Narasumber dalam FGD ini merupakan tiga kelompok yang terdiri dari Pemberi layanan Kesehatan, Stakeholder terkait dan Masyarakat. FGD dilaksanakan pada Senin 25/09 pukul 13.00-16.30 WIT di Pala Cengkeh Meeting Room, Hotel The City Ambon.

Kegiatan Project Core Step ini akan berlangsung hingga satu tahun kedepan di dua negara yaitu Indonesia (Ambon, Mataram dan Banda Aceh), serta Australia tepatnya di Queensland.