Orinews.id|Banda Aceh – Sejumlah Pakar Linguistik, Praktisi dan Peneliti Pengajaran Bahasa Inggris dunia menghadiri konferensi internasional the Teaching of English as a Foreign Language in Indonesia (TEFLIN) yang dilaksanakan sejak 22-24 September 2023 di Universitas Syiah Kuala, Jum’at, 22 September 2023.
Para pakar linguistik tersebut di antaranya Professor in Applied Linguistics at The University of Melbourne Prof. Paul Gruba, Professor in TESOL at Michigan State University Prof. Charlene Polio, Head of Partnership – British Council EnglishScore Colm Downes, English Language Fellow at Institut Teknologi Sepuluh Nopember Thomas Kaufmann, Assessment Research Project Manager of British Council Mina Patel dan Professor in Phonetics dari USK Prof. Dr. Yunisrina Qismullah Yusuf.
Ketua Panitia Prof. Dr. Zulfadli, S.Pd., M.A mengatakan, Konferensi Internasional TEFLIN ini merupakan bagian dari THE 3RD English Education International Conference (EEIC). Di mana tahun ini, USK menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya dan mengangkat tema “Digital Transformation and Future Challenges in English Language Teaching (ELT)”.
Zulfadli menyebutkan, forum ini merupakan media sharing atau diskusi dari para akademisi terkait ELT dan bahasa Inggris. Mengingat para peserta yang hadir berasal dari berbagai kalangan seperti peneliti, pembuat kebijakan, maupun para praktisi linguistik.
Adapun beberapa sub tema yang dibahas dalam konferensi linguistik tingkat internasional ini. Di antaranya, kurikulum maupun silabus dalam pendidikan bahasa Inggris, pengembangan literasi bahasa Inggris, penggunaan bahasa Inggris untuk akademik, bisnis dan lainnya, serta isu-isu terkait lainnya di bidang linguistik.
“Maka forum ini adalah kesempatan baik bagi kita, untuk berbagai ilmu dan memperluas jejaring khususnya di bidang linguistik,” ucapnya.
Rektor USK Prof. Dr. Ir. Marwan dalam sambutannya, menyambut baik konferensi internasional ini. Mengingat kenferensi ini sangat sejalan dengan semangat USK untuk terus mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, baik melalui proses belajar-mengajar, penelitian, pengabdian kepada masyarakat maupun forum ilmiah seperti ini.
“Kami berharap, forum ini dapat melahirkan ide-ide inovatif yang dapat memajukan pendidikan bahasa Inggris, tidak hanya di Aceh dan Indonesia. Namun, skala lebih luas yaitu lanskap global pengajaran bahasa Inggris,” ucapnya.