Orinews.id|Banda Aceh – Bank Indonesia Provinsi Aceh terus berupaya mengendalikan stabilitas harga dengan menjaga tekanan inflasi pada rentang 3±1%. Salah satu strategi yang digalakkan adalah 4K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
Hal ini disampaikan oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Prabu Dewanto, dalam kegiatan Bincang-bincang Media (BBM) di D’Energy Cafe’ Jalan Soekarno-Hatta Aceh Besar, Selasa (11/7/2023).
Menurut Prabu, inflasi Aceh dalam lima bulan terakhir menunjukkan tren menurun. Inflasi tahunan secara berturut-turut dari Februari sampai Juni adalah sebesar 6,71%, 5,46%, 4,05%, 3,34%, dan 2,70%. Inflasi Gabungan Kota IHK di Provinsi Aceh juga terus membaik dan diperkirakan akan berada pada angka target inflasi nasional sepanjang tahun 2023.
“Per Juni 2023, inflasi tahunan Gabungan Kota IHK di Provinsi Aceh menduduki peringkat keenam terendah se-Indonesia dengan angka 2,70%,” ungkap Prabu.
Prabu mengatakan, pencapaian ini tidak lepas dari kolaborasi dan koordinasi antara Bank Indonesia dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi maupun Kabupaten/Kota se-Aceh. Ia juga mengajak semua pihak untuk terus menjaga optimisme perekonomian di Aceh dengan penguatan sektor-sektor unggulan.
“Khususnya untuk inflasi, mari kita perkuat operasi pasar, gerakan tanam, kerjasama antar daerah, subsidi ongkos angkut, digitalisasi data dan informasi, serta koordinasi komunikasi melalui high level meeting,” ujar Prabu.
Prabu menambahkan, Bank Indonesia juga memberikan beberapa insentif kepada para pedagang dan distributor untuk membantu meringankan beban masyarakat. Beberapa insentif tersebut antara lain subsidi ongkos angkut untuk pedagang/distributor di wilayah Pasar Induk Lambaro oleh Dinas Pangan Aceh, serta alur transportasi lebih lancar dengan menggunakan tol laut.
“Kami berharap dengan strategi 4K ini, kita bisa bersama-sama menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Aceh,” tutup Prabu.*