TERBARU

Internasional

Erdogan Resmi Dilantik Jadi Presiden Turki 3 Periode

image_pdfimage_print

Orinews.id|Jakarta – Recep Tayyip Erdogan kembali dilantik sebagai presiden Turki pada Sabtu, (3/6/2023) waktu setempat. Erdogan resmi memimpin Turki sebanyak tiga periode.

Pemimpin terlama Turki tersebut mengumpulkan 52,2% dukungan dalam pemungutan suara putaran kedua pada 28 Mei lalu. Kemenangan pemilihannya membalikkan prediksi sebagian besar analis yang meragukan kemenangannya setelah krisis biaya hidup yang menimpa Turki.

Dilansir dari Reuters, Erdogan akan menamai kabinetnya sesuai dengan harapan perubahan pada program ekonominya yang tidak ortodoks. Mandat lima tahun terbarunya memungkinkan Erdogan untuk mengejar kebijakan yang semakin otoriter dan memunculkan polarisasi negara, anggota NATO, dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan militer regional.

Erdogan secara resmi memulai masa jabatan barunya dengan mengambil sumpahnya pada hari Sabtu sekitar pukul 3 sore di Ibu Kota Turki, Ankara.

Setelah itu, dilanjutkan dengan upacara di istana kepresidenan yang dihadiri oleh pejabat tinggi dari 78 negara dan organisasi internasional, termasuk Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.

Pada malam harinya, Erdogan akan mengumumkan menteri yang akan bergabung dalam kabinetnya. Mantan kepala ekonomi Mehmet Simsek diprediksi akan masuk ke dalam kabinet barunya. Penunjukan Simsek ini menandakan potensi kembalinya ortodoksi ekonomi termasuk kenaikan suku bunga.

BACA JUGA
Cekcok Memanas, Iran dan Israel Saling Ancam di Rapat Dewan Keamanan PBB

Simsek sangat dihormati oleh investor ketika dia menjabat sebagai menteri keuangan dan wakil perdana menteri pada 2009 – 2018. Kini ia punya peran kunci atas kebijakan bertahun-tahun yang didukung oleh suku bunga rendah, inflasi tinggi, dan penguasaan pasar oleh negara.

Sebagai informasi, Erdogan pertama kali menjadi perdana menteri pada 2003 setelah Partai AK memenangkan pemilu pada akhir 2002 menyusul krisis ekonomi terburuk di Turki sejak 1970-an.

Pada tahun 2014 ia menjadi presiden pertama yang dipilih secara populer di negara itu dan terpilih lagi pada tahun 2018 setelah mendapatkan kekuasaan eksekutif baru untuk kepresidenan dalam referendum tahun 2017.

Pemilu 14 Mei dan putaran kedua 28 Mei sangat penting. Hal ini dikarenakan oposisi yakin akan menggulingkan Erdogan dan membalikkan banyak kebijakannya, termasuk mengusulkan kenaikan suku bunga yang tajam untuk melawan inflasi, yang mencapai 44% pada bulan April.

Dalam pidato kemenangannya, Erdogan mengatakan inflasi sebesar 85% yang mencapai rekor selama 24 tahun adalah masalah paling mendesak di Turki.

Para analis telah memperingatkan bahwa jika kebijakan saat ini berlanjut, ekonomi akan mengalami gejolak karena cadangan devisa yang menipis, perluasan skema deposito terproteksi yang didukung negara, dan ekspektasi inflasi yang tidak terikat.

Mata uang Lira telah mengalami serangkaian kejatuhan dalam beberapa tahun terakhir dan mencapai rekor terendahnya sepanjang masa pada hari-hari setelah pemungutan suara.

|Sumber: CNBCIndonesia

Artikel Terkait

Load More Posts Loading...No more posts.