TERBARU

Nasional

Kemenkes Catat 3.437 Kasus Gigitan Hewan Rabies di NTT Sepanjang 2023

image_pdfimage_print

Orinews.id|Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut sebanyak 3.437 kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) dilaporkan terjadi di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sepanjang 2023.

Advertisements
BANK ACEH - HUT KODAM IM

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menambahkan dari ribuan kasus itu seorang warga di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dinyatakan meninggal dunia dan sudah terkonfirmasi anjing yang menggigit korban tersebut rabies.

“Jumlah kasus GHPR pada Januari-April 2023 sebanyak 3.437 kasus, dan betul telah terjadi KLB rabies di Kabupaten TTS,” kata Syahril saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (31/5).

Kemenkes selanjutnya melakukan antisipasi dan tindak lanjut, di antaranya adalah melakukan koordinasi dengan Dinkes Provinsi NTT untuk penanggulangan KLB dan melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mencari kasus GHPR tambahan.

Selanjutnya Kemenkes menurut Syahril juga telah melakukan tata laksana kasus GHPR dengan vaksin antirabies (VAR) atau serum antirabies (SAR) sesuai dengan kriteria.

Kemenkes juga berkoordinasi dengan dinas peternakan untuk penanggulangan pada hewan penular rabies.

Syahril selanjutnya juga memastikan stok atau ketersediaan VAR dan SAR di NTT masih cukup. Stok VAR di pusat, kata dia, tercatat masih tersedia sebanyak 17.990 vial dan SAR sebanyak 100 vial.

SAR diberikan kepada korban yang mengalami gigitan dengan luka risiko tinggi. Tujuannya adalah untuk memberikan kekebalan pasif dalam rentang sepekan pertama lantaran pada masa itu belum terbentuk imunitas terhadap virus rabies.

Sementara VAR terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut 0,5 ml dalam syringe yang diberikan kepada korban gigitan rabies.

BACA JUGA
Mahasiswa Tanpa ID Card Memaksa Masuk, Kongres PMII Sempat Ricuh

Vaksin tersebut disuntikkan secara intramuscular alias di lengan atas. Adapun pada anak berusia di bawah 1 tahun, VAR disuntikkan di paha.

“Kemenkes di tahun 2023 telah mendistribusikan VAR dan sar ke provinsi NTT sebanyak 28.000 vial VAR dan 170 vial SAR,” ujar Syahril.

Status KLB Rabies di Timor Tengah Selatan

Sementara itu, Pemkab Timor Tengah Selatan (TTS) telah menetapkan kejadian luar biasa (KLB) rabies di daerah itu setelah satu warga di Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan tewas karena terinfeksi virus tersebut.

“Status KLB sudah kami keluarkan semalam dan sudah berlaku,” kata Bupati TTS Egusem Pieter Tahun dari Kota So’e ibu kota Kabupaten TTS, Rabu (31/5) seperti dikutip dari Antara.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan perkembangan terakhir soal masalah rabies yang kini sudah menyebar hingga ke tujuh kecamatan dari 32 kecamatan di Kabupaten TTS.

Dia menambahkan korban digigit pada 2 April 2023 pukul 01.00 WITA di depan rumahnya dan setelah itu langsung terjangkit virus mematikan tersebut.

Egusem menerangkan gejala-gejala yang dialami oleh korban seperti demam, nyeri tenggorokan, tidak bisa menelan, tidak bisa minum air, cemas atau gelisah, takut api, dan kejang.

Bupati TTS juga menegaskan kepada masyarakat untuk mengikat atau mengandangkan hewan pembawa rabies khususnya anjing, kucing termasuk juga kera.

Pemerintah setempat juga tambah dia bekerja sama dengan aparat terkait seperti Polri dan TNI akan mengeliminasi sejumlah hewan penular rabies (HPR) yang berkeliaran di lingkungan masyarakat.

“Setelah instruksi yang dikeluarkan tidak diindahkan dan masyarakat masih membebaskan hewannya seperti kucing, anjing dan kera berkeliaran maka akan kami musnahkan,” tambah dia.

Hal ini ujar dia untuk mencegah agar tidak ada hewan lagi yang terjangkit rabies dan menggigit warga yang berujung kepada kematian.

BACA JUGA
Pj Gubernur Aceh dan Kepala Daerah se-Indonesia Terima Arahan Presiden di Istana Negara

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan TTS Karolina saat dihubungi CNNIndonesia.com pada Selasa (30/5), mengatakan pihaknya telah mengambil dua sampel organ anjing untuk diperiksa laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar.

“Kemarin ambil sampel lagi satu, itu juga positif. Jadi sudah ada dua anjing yang diperiksa (di Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar),” kata Karolina.

Menurut Karolina, dengan tambahan satu organ anjing yang telah diperiksa lagi maka sudah dua sampel yang diperiksa dan menunjukkan positif rabies.

Dia menjelaskan sampel organ anjing yang kedua diperiksa adalah milik salah satu warga Fenun berinisial TB. Anjing itu diambil sampelnya setelah menggigit salah satu warga Fenun.

“Dan hasil pemeriksaan juga positif rabies,” ujarnya.

Selain itu, Karoilina, menyampaikan warga yang diduga tergigit anjing rabies diduga akan terus mengalami penambahan karena ada laporan dari beberapa kecamata.

“Tapi kepastian datanya masih menunggu petugas lapangan melakukan pendataan secara lengkap,” jelas Karolina.

|Sumber: CNNIndonesia

Artikel Terkait

Load More Posts Loading...No more posts.